kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Jurus Logindo di tengah lesunya bisnis perkapalan


Minggu, 16 Oktober 2016 / 21:09 WIB
Jurus Logindo di tengah lesunya bisnis perkapalan


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. PT Logindo Samuderamakmur Tbk akan mengandalkan strategi efisiensi dan melakukan perpanjangan ulang utang yang dimiliki perusahaan untuk bisa bertahan di tengah lesunya bisnis perkapalan offshore.

Bisnis emiten berkode LEAD ini memang tengah tertekan akibat lesunya aktivitas eksplorasi seiring dengan turunnya harga minyak mentah. Pelaku industri migas lebih memilih melakukan impor. Selain itu, minat investor melakukan eksplorasi sepi juga dikarenakan aturan dan perizinan kegiatan eksplorasi dinilai memberatkan.

Sundap Caruli, direktur Keuangan Logindo mengatakan, strategi penjadwalan ulang perbankan (reschedule) dilakukan agar kewajiban pembayaran bisa lebih ringan. “ Hampir seluruh utang sudah direschedule, tinggal sedikit lagi yang belum,” katanya pada KONTAN baru-baru ini.

LEAD telah memperpanjang tenor utang dengan United Overseas Bank Limited Singapura senilai US$ 44 juta sampai Agustus 2021. Kesepakatan reschedule membuat cicilan pokok yang harus ditanggung perseroan menjadi sekitar US$ 900 ribu per bulan. Lalu tenor sisa utang perusahaan ke DBS Bank Limited sebesar US$ 30 juta juga diperpanjang lima tahun ke depan.

Dalam laporan keuangan Logindo semester I 2016, utang jangka pendek perseroan tercatat sebesra US$ 32,29 juta dan utang jangka panjang US$ 124,94 juta.

Eddy K. Logam, Presiden Direktur Logindo mengatakan saat ini sekitar 60% dari 59 unit armada kapal perusahan berhenti beroperasi karean tidak dapat kontrak di tengah sepinya aktivitas eksplorasi migas lepas pantai.

Oleh karena itu, Logindo juga berusaha melakukan efisiensi untuk bertahan. Sebanyak 200 dari 700 kru kapal perusahaan telah dirumahkan untuk mengurangi biaya operasional.

Logindo juga berencana menjual kapal yang dimiliki perusahaan. Satu kapal jenis LCT (landing craft tank) telah berhasil dijual dengan harga US$120.000. Di sisa akhir tahun ini perseroan juga berencana menjual 1-2 kapal lagi jenis Flat Top Barge dan Tug Boat.

Meskipun harga minyak mentah kembali rebound ke depan, Eddy mengungkapkan bisnis perkapalan offshore tidak akan bisa langsung ikut meningkat. Eksplorasi migas di Indonesia saat ini masih membutuhkan kerja sama dengan perusahaan asing.

Namun investor enggan melakukan eksplorasi karena banyaknya perizinan yang harus dilalui dan aturan production sharing contract yang tidak menguntungkan bagi pengusaha di tengah lesunya harga minyak.

Dalam kontrak bagi hasil dalam kontrak kerja sama eksplorasi migas saat ini sebesar 85% masuk ke negara dan hanya 15% menjadi bagian dari investor. Sementara seluruh resiko dari kegiatan tersebut ditanggung investor.

Eddy menilai kondisi saat ini merupakan waktu yang tepat untuk melakukan eksplorasi karena saat harga minyak menguat nantinya Indonesia sudah punya produksi yang cukup sehingga tak tergantung lagi pada impor. Oleh karena itu, dirinya berharap pemerintah mau memangkas perizinan eksplorasi dan mengubah kontrak bagi hasil. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×