kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kebutuhan valas Pertamina untuk impor menyusut


Kamis, 19 September 2013 / 22:36 WIB
Kebutuhan valas Pertamina untuk impor menyusut
ILUSTRASI. Fasilitas gudang?produk cat PT Avia Avian?Tbk.


Reporter: Asep Munazat Zatnika |

JAKARTA. Kebutuhan valuta asing yang diperlukan untuk mengimpor minyak oleh PT Pertamina ternyata sudah berkurang.

Direktur Utama Pertamina Keren Agustina, menghitung, jumlah dollar Amerika Serikat (AS) yang dipakai untuk membeli minyak sudah di bawah US$ 100 juta setiap bulan. Biasanya, rata-rata setiap bulan Pertamina butuh dollar sebesar US$ 150 juta.

Keren menjelaskan, ada beberapa alasan mengapa hal itu terjadi. Pertama karena perusahaan energi berstatus Badan Usaha Milik negara (BUMN) itu sudah bisa mengurangi stok minyak nasional dari 22 hari menjadi hanya untuk 17 hari saja.

Dengan berkurangnya jumlah stock yang harus disiapkan, maka volume impor yang harus dilakukan juga ikut menyusut. "Yang jelas sekarang kebutuhan valas kami menjadi berkurang," ujarnya, Kamis (19/9) di Jakarta.

Selain itu, rencana penambahan kadar bio diesel dalam solar sebesar 10% juga akan mengurangi kebutuhan impor minyak. Rencananya, kebijakan ini akan mulai diterapkan pada tanggal 1 September 2013 mendatang.

Kebutuhan BBM subsidi masih tinggi

Sementara itu, Menteri koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan jumlah impor Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi diperkirakan memang akan menurun di beberapa bulan mendatang.

Hanya saja, hatta tidak menjelaskan seberapa besar kemungkinan penurunan impor BBM bersubsidi tersebut. "Tergantung rupiahnya bagaimana," ujarnya.

Selain karena kebijakan penambahan jumlah biodiesel dalam dollar, penurunan nilai impor juga akan terjadi jika penguatan rupiah terus terjadi. Meski begitu Hatta mengatakan tingkat konsumsi BBM bersubsidi memang belum menunjukkan akan terjadi penurunan. Sebab, kebutuhan masyarakat akan BBM bersubsidi masih tetap tinggi.

Dari data di badan Pusat Statistik (BPS) diketahui jumlah nilai impor minyak mentah Indonesia pada bulan Juli 2013 mencapai US$ 1,17 miliar. Naik dibandingkan impor di bulan Juni yang mencapai US$ 1,11 miliar. Sementara sepanjang tahun ini hingga Juli jumlah impor mencapai US$ 8.074,6 juta, naik dari tahun sebelumnya pada periode yang sama yang mencapai US$ 6.179,5 juta.

Adapun selama ini jumlah impor BBM merupakan salah satu penyebab dari defisit neraca perdagangan Indonesia.  Pada bulan Juli 2013 saja, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit dari sisi nilai sebesar US$ 2,31 miliar. Defisit nilai perdagangan tersebut disebabkan komoditas migas sebesar US$ 1,86 miliar, dan non migas sebesar US$ 0,45 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×