Reporter: Dani Prasetya | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berniat menggandeng investor asal Jepang dan China untuk membangun kawasan industri dan pelabuhan Cilamaya. Hal itu untuk memenuhi kebutuhan area industri yang cukup tinggi.
Menteri Perindustrian, M.S. Hidayat, mengungkapkan, telah menjalin hubungan dengan investor Jepang dan China untuk membahas tahap awal rencana itu. Namun, pembicaraan awal itu belum pada tahap perkiraan nilai investasi.
Dia hanya menyebut, kerjasama ini akan meliputi sistem pembangunan, pengoperasian, dan transfer (build, operate, transfer/BOT) bersama pemerintah. Investor itu akan menanamkan modalnya, sedangkan Indonesia membuat sarana jalan seperti tol atau jalan khusus dari Karawang menuju Cilamaya dan menyiapkan kawasan industri.
Sistem itu memungkinkan pembangunan kawasan industri tanpa mengandalkan dana APBN. "Kontrak kerjasama bisa jangka panjang sampai 25 tahun – 30 tahun," katanya, Rabu (2/11).
Sebenarnya, investor asal Belanda pernah melakukan kajian tentang rencana pelabuhan Cilamaya. Namun, kajian itu tengah menjalani pembaruan survei saat ini. Pembangunan pelabuhan di Cilamaya dinilai sangat mendesak.
Sementara pelabuhan darat (dry port) di Cikarang dianggap belum memenuhi kebutuhan. Pelabuhan darat itu masih memiliki tujuan pengiriman ke Pelabuhan Tanjung Priok yang dalam 5-10 tahun kemungkinan bakal mengalami kelebihan kapasitas.
Oleh karena itu, pembangunan kawasan industri beserta pelabuhan baru harus segera direalisasikan. Apabila pemerintah berniat mengandalkan dana APBN untuk membangun rencana itu maka setidaknya dibutuhkan waktu sekitar 10 tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News