kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kementerian ESDM Godok Berbagai Siasat untuk Menekan Impor LPG


Kamis, 11 Januari 2024 / 19:49 WIB
Kementerian ESDM Godok Berbagai Siasat untuk Menekan Impor LPG
ILUSTRASI. Kapal tanker pengangkut liquefied natural gas atau LNG atau gas alam cair di perairan Batam, Kepulauan Riau, Senin (18/7). KONTAN/Daniel Prabowo/18/07/2011


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengkaji lebih lanjut strategi menekan impor LPG yang saat ini 70% masih dipenuhi dari luar negeri. 

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas), Tutuka Ariadji menjelaskan saat ini Indonesia belum bisa memproduksi LPG sesuai dengan kebutuhannya. Produksi LPG dalam negeri baru mencapai 1,2 juta ton per tahun, sedangkan kebutuhannya 8 juta, sehingga sekitar 6,8 juta ton diimpor. 

Salah satu persoalan terbesar gas untuk LPG masih diimpor karena tidak banyak sumber gas di Indonesia yang kaya akan kandungan C3-C4 melebihi 4% yang berpotensi diekstraksi untuk LPG. 

“Maka itu, banyak gagasan untuk mengupayakan menekan impor LPG, jadi masih digodok,” jelasnya ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Kamis (11/1). 

Baca Juga: Kencana Energi Lestari (KEEN) Siapkan Capex Sekitar US$ 30 Juta pada Tahun Ini

Strategi penurunan impor LPG ini dibahas secara komprehensif dari hulu hingga ke hilir.  Di sisi hulu, lanjut Tutuka, pihaknya bersama dengan SKK Migas dan ahli akan mengidentifikasi sumber gas lapangan yang kaya akan kandungan C3-C4. 

“Bersama-sama kami sudah petakan dan tidak bisa besar banget. Tetapi lumayan signifikan,” ungkapnya. 

Nantinya sumber-sumber gas yang kecil ini akan dibuat sistem klasterisasi supaya proses ekstraksi menjadi LPG lebih ekonomis. 

Nah setelah diidentifikasi sumbernya di hulu, pemerintah akan menindaklanjuti dengan pembangunan kilang LPG sehingga bisa menambah produksi di dalam negeri. 

Dirjen Migas Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji.

“Mungkin target kita bisa menggandakan produksi (LPG) dalam negeri lah,” terangnya.

Kelak produksi LPG sudah digandakan, tetap saja belum bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri. Oleh karenanya, upaya kedua ialah meningkatkan konsumsi gas di dalam negeri dengan memaksimalkan pemanfaatan jaringan gas (jargas) hingga compressed natural gas (CNG). 

CNG adalah gas alam yang telah dikompresi di bawah tekanan tinggi, dan volumenya sekitar 1/250 dari volume gas alam dalam kondisi normal. Tujuan dari proses ini adalah untuk memampatkan gas sehingga lebih banyak volume gas yang dapat ditransportasikan kepada konsumen. 

Baca Juga: Kementerian ESDM Siapkan Konseling Pengajuan RKAB

“CNG ini yang akan diupayakan supaya CNG lebih banyak dipakai khususnya untuk industri. Kalau untuk di rumah belum berpikir ke situ,” ujar Tutuka. 

Nantinya rencana memangkas importasi LPG ini akan tertuang dalam peta jalan (roadmap) atau perencanaan khusus. 

Persoalan impor LPG sejatinya sudah menjadi atensi berbagai pihak sejak lama karena jumlahnya terus bertambah. Alhasil, membuat beban subsidi energi semakin berat. 

Sebagai gambaran saja, di 2022 total impor LPG telah mencapai 6,78 juta ton, naik 5,6 % dari 6,42 juta ton pada 2021. Nilainya menjadi US$ 4,89 miliar, naik 19,5% dari US$ 4,09 miliar pada 2021.

Di sisi lain, subsidi LPG tabung 3 kg mengambil porsi terbesar jika dibandingkan dengan subsidi BBM dan listrik. Sesuai APBN tahun anggaran 2023, subsidi LPG tabung 3 kg mencapai Rp 117,85 triliun. 

Naiknya subsidi LPG dipengaruhi harga jual eceran LPG 3 kg yang tidak pernah naik selama 15 tahun, volume LPG 3 kg, kurs dan harga acuan LPG yaitu CP Aramco yang fluktuatif setiap bulan. 

Berdasarkan data Kementerian ESDM, realisasi volume LPG 3 kg (PSO) setiap tahunnya menunjukkan peningkatan. Misalnya tahun 2019, realisasinya mencapai 6,84 juta metrik ton, lalu 2020 sebesar 7,14 juta metrik ton. Angka ini naik menjadi 7,46 juta metrik ton di 2021 dan lanjut naik 7,80 juta metrik ton di 2022. 

Sebaliknya, realisasi LPG non PSO terus merosot. Tahun 2019, volumenya mencapai 0,66 juta metrik ton, lalu 2020 sebesar 0,62 metrik ton, kembali turun di 2021 menjadi 0,60 metrik ton dan semakin anjlok di 2022 menjadi 0,46 juta metrik ton. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×