kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kementerian ESDM: Pengembangan EBT bisa semakin menarik setelah pandemi Covid-19


Rabu, 17 Juni 2020 / 14:24 WIB
Kementerian ESDM: Pengembangan EBT bisa semakin menarik setelah pandemi Covid-19
ILUSTRASI. Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg)


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menaksir pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) bakal semakin menarik setelah masa pandemi covid-19. Hal ini lantaran risiko EBT dinilai lebih kecil dibandingkan pengembangan energi berbasis fosil.

Dari sisi pembangkitan listrik, Direktur Aneka EBT Kementerian ESDM Harris menggambarkan bahwa permintaan listrik turun hampir 10% untuk daerah tertentu seperti di Jawa. Dengan begitu, produksi listrik dan penggunaan energi pun terkena dampaknya. Namun, Harris menyebut EBT relatif lebih stabil jika dibandingkan energi fosil.

Menurutnya, hal itu juga seleras dengan referensi secara global. "Covid-19 lebih banyak menghantam pada pembangkit jenis fosil, sementara EBT relatif lebih stabil. Penurunan tetap ada, karena secara keseluruhan demand memang turun," sebutnya dalam webinar yang diadakan oleh IESR dan Enter Nusantara, Rabu (17/6).

Baca Juga: Pemerintah berupaya gali peluang pengembangan EBT di era kenormalan baru

Sayangnya, Harris tidak membeberkan secara detail penurunan produksi maupun permintaan energi yang dimaksud. Yang jelas, dia memproyeksikan bahwa pengembangan EBT setelah Covid-19 akan semakin pesat.

Jika energi berbasis fosil sangat terpengaruh oleh fluktuasi harga komoditas dan perlu adanya transportasi bahan bakar, namun sumber EBT sudah tersedia di lokasi pembangkitan dan harga yang semakin kompetitif.

Meski begitu, Harris mengakui bahwa kebijakan yang akan diambil pemerintah memegang peranan penting untuk menarik minat investasi guna mengakselerasi pengembangan EBT.

"Sebelum Covid pun, tren membangun EBT semakin menguat. Apalagi sekarang ini kondisi Covid saya rasa akan menjadi lebih tinggi lagi. Tinggal bagaimana kebijakan pemerintah bisa mengambil momentum untuk lebih mengakselerasi EBT pada penyediaan listrik Indonesia," terang Harris.

Terkait dengan kebijakan, Harris menyatakan bahwa pemerintah tengah fokus menyiapkan kerangka regulasi yang kondusif untuk mengakselerasi pengembangan EBT.

Dia memberikan sejumlah contoh, Kementerian ESDM telah memperbaiki regulasi yang mengatur komersil EBT, yakni Permen ESDM Nomor 50 Tahun 2017 dengan PErmen ESDM Nomor 4 Tahun 2020 tentang pemanfaatan sumber energi terbarukan untuk penyediaan tenaga listrik.

Harris juga mengklaim, penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap yang kian berkembang tak lepas dari dorongan regulasi yang memadai. Dia pun mengatakan bahwa pemerintah terbuka untuk memperbaiki regulasi jika itu diperlukan untuk semakin memperluas penggunaan PLTS Atap.

Terpenting, saat ini pun pemerintah tengah memfinalisasi Peraturan Presiden (Perpres) yang mengatur EBT. Harris mengklaim, pengaturan dalam Perpres tersebut akan mendorong EBT agar lebih kompetitif dengan sejumlah perbaikan mekanisme harga jual-beli listrik dari sumber EBT, seperti melalui Feed in Tariff, penunjukan langsung dan lelang.

"Kami masih berproses, rapat kemarin masih dibahas intensif, nanti akan mengatur pembelian listrik dari semua jenis EBT," ungkapnya.\

Baca Juga: Energi surya untuk lemari pendingin perikanan, pengembangan EBT ekonomi maritim

Di sisi lain, Harris juga belum memaparkan dengan detail dampak dari Covid-19 terhadap realisasi maupun target EBT di tahun ini. Kata dia, saat ini Kementerian ESDM masih melakukan kalkulasi sembari menginventarisasi data dampak Covid-19, baik dari asosiasi maupun pelaku usaha.

"Kami bersama asosiasi dan pelaku usaha masih selalu menjalin kontak, seperti apa permasalahan yang mereka hadapi, termasuk kami mendata bagaimana dampak Covid ke mereka," kata Harris.

Yang jelas, pemerintah telah merelokasi dana APBN untuk kepentingan penanganan covid-19 dengan peralihan ke program yang langsung dirasakan masyarakat. Harris mencontohkan, anggaran yang tadinya diarahkan untuk program pemasangan sekitar 800 PLTS Atap di kantor pemerintahan, sebagian nya kini dialihkan untuk PLTS Atap cold storage di sektor perikanan.

"Kami mencoba di dalam kondisi Covid-19 sekarang, kami mengoptimalkan anggaran APBN untuk memberikan akses yang langsung bersentuhan ke masyarakat," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×