Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indonesia bersiap menambah kapasitas pengolahan minyak nasional. Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan yang dikerjakan PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) kini memasuki tahap akhir dengan progres pembangunan mencapai 96%.
Kilang ini ditargetkan mulai beroperasi pada 10 November 2025.
Pjs. Corporate Secretary PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Milla Suciyani mengatakan, RDMP Balikpapan merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan nilai investasi mencapai US$ 7,4 miliar.
Proyek ini digarap melalui anak usaha PT Kilang Pertamina Balikpapan dan ditujukan untuk meningkatkan kapasitas pengolahan dari 260 ribu barel per hari menjadi 360 ribu barel per hari.
“Hingga minggu pertama Oktober, progres pekerjaan telah mencapai 96%,” kata Milla kepada Kontan, Rabu (29/10/2025).
Baca Juga: Progres Capai 96,5%, Proyek Kilang RDMP Balikpapan Masuki Tahap Uji Coba
Milla menjelaskan, beberapa fasilitas utama proyek RDMP Balikpapan sudah rampung, di antaranya unit revamping Crude Distillation Unit (CDU) IV, Preflash Column, HVU II, LPG Recovery Unit, dan Hydrocracking Unit (HCU).
Selain itu, proyek ini juga telah menyelesaikan pembangunan pipa gas Senipah–Balikpapan, dua tangki crude oil berkapasitas masing-masing satu juta barel, serta fasilitas New SPM dan pipa Lawe-Lawe.
Sejumlah fasilitas utilitas seperti sistem pengolahan air payau (Brackish Water Reverse Osmosis/BWRO), Cooling Tower, Gas Turbine Generator, dan Saturated LPG Treater juga telah beroperasi. Pada triwulan IV tahun ini, unit Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) dijadwalkan mulai diaktifkan.
Dengan beroperasinya RDMP Balikpapan, Indonesia akan memiliki dua kilang besar milik Pertamina dengan kapasitas di atas 300 ribu barel per hari, menyusul Kilang Cilacap yang menjadi tulang punggung pasokan BBM nasional.
Namun, praktisi energi Hadi Ismoyo menilai tambahan kapasitas dari RDMP Balikpapan belum cukup signifikan untuk menutup kebutuhan BBM nasional yang terus meningkat.
“Tambahan 100 ribu barel per hari memang membantu, tapi kebutuhan BBM nasional saat ini sekitar 1,6 juta barel per hari. Dengan total kapasitas kilang sekitar 1,1 juta barel per hari, impor BBM masih akan mencapai sekitar 500 ribu barel per hari,” ujar Hadi kepada Kontan, Rabu (29/10).
Hal serupa terjadi pada LPG. Dari total kebutuhan sekitar 8 juta ton per tahun, kapasitas produksi hulu dan hilir domestik—termasuk dari Kilang Balikpapan—baru mencapai 2,4 juta ton. Artinya, Indonesia masih perlu mengimpor sekitar 5,6 juta ton LPG per tahun.
Baca Juga: Pertamina Targetkan RDMP Balikpapan Beroperasi November 2025
Hadi menilai, agar proyek ini memberikan nilai tambah lebih besar, Pertamina perlu mengintegrasikan kilang Balikpapan dengan industri petrokimia bernilai tinggi.
“Kilang ini margin-nya kecil. Untuk meningkatkan profitabilitas, integrasi dengan produk turunan seperti petrokimia perlu dipercepat. Model pembangunan kilang terpadu seperti yang dilakukan Ambani di India bisa jadi referensi,” katanya.
Selain itu, ia mendorong pemerintah menyiapkan roadmap konversi BBM dan LPG ke gas untuk jangka panjang.
Langkah ini, menurutnya, perlu dibarengi dengan pembangunan jaringan infrastruktur gas yang masif dan terintegrasi mulai dari FSRU, pipa transmisi dan distribusi, hingga sistem pengangkutan CNG dan LNG dengan truk.
“Gas adalah energi yang efisien dan relatif bersih, serta paling realistis sebagai jembatan menuju target net zero emission,” tegas Hadi.
Selanjutnya: Kemendag Tindak 21.054 Bal Pakaian Bekas Impor Ilegal Senilai Rp 120,65 Miliar
Menarik Dibaca: Hasil Hylo Open 2025: Fajar/Fikri Melaju Mulus ke 16 Besar, Menuju Final Keempat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News












