Reporter: Vina Elvira | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Trans Power Marine Tbk (TPMA) memproyeksikan kinerja sampai tutup tahun nanti masih akan tertekan.
Direktur Trans Power Marine Rudi Sutiono mengatakan, target pendapatan dan laba hingga akhir tahun akan sangat dipengaruhi koreksi volume produksi dan harga batubara nasional yang masih berlanjut.
“Kami masih menyikapi bahwa industri batubara Indonesia mengalami kontraksi jika dibandingkan dengan tahun lalu. Koreksi pada volume produksi dan harga batubara tentu berdampak pada seluruh mata rantai pasok, termasuk sektor logistik pengangkutan,” ungkap Rudi, kepada Kontan.co.id, Senin (8/12/2025).
Baca Juga: Eksportir Minta Larangan Melintas Truk Sumbu Tiga Saat Nataru Tak Lebih Tujuh Hari
Meski demikian, TPMA tetap mempertahankan pandangan yang positif. Rudi mengatakan, keberadaan joint ventures bersama mitra strategis menjadi salah satu pilar stabilitas operasional dan pendapatan.
Rudi menjelaskan, kolaborasi tersebut membantu perusahaan mengamankan volume jangka panjang, meningkatkan utilisasi armada, serta memberikan diversifikasi arus pendapatan di tengah fluktuasi pasar.
“Kami juga melakukan diversifikasi jenis kargo yg diangkut seperti nikel, gypsum, pasir silika dan barang tambang lainnya,” jelasnya.
Sebagaimana diketahui, kinerja TPMA menurun hingga kuartal III-2025. Pendapatan tercatat menurun 6% menjadi US$ 83,89 juta. Sementara laba bersih senilai US$ 13,86 juta, atau turun 21,44% dari tahun sebelumnya.
Penurunan produksi berdampak pada efisiensi rantai pasok dan mendorong normalisasi tarif logistik. Namun di sisi lain, volume pengangkutan TPMA justru meningkat dibanding periode yang sama tahun lalu.
Kami memahami dinamika industri batubara dan tetap mampu menjaga daya saing di pasar melalui optimalisasi armada dan efisiensi internal,” ujar Rudi.
Baca Juga: Trans Power Marine (TPMA) Fokus Perkuat Armada untuk Jaga Pertumbuhan Kinerja di 2026
Rudi menambahkan, TPMA telah menyerap dana capex sebesar 40% dari total anggaran US$ 100 juta yang dianggarkan di tahun 2025.
Alokasi capex tahun ini difokuskan untuk pembelian aset yang dijadwalkan diterima sepanjang tahun, dengan rincian 8 tug boat, 9 tongkang, dan 1 floating crane.
“Sisa pesanan diharapkan dapat diterima sebelum akhir tahun, meskipun terdapat potensi keterlambatan dari pihak shipyard akibat backlog produksi yang cukup panjang,” imbuh Rudi.
Selanjutnya: Tren Kelas Favorit di Coursera 2025, Masyarakat Indonesia Kepo Tentang AI & Digital
Menarik Dibaca: Tren Kelas Favorit di Coursera 2025, Masyarakat Indonesia Kepo Tentang AI & Digital
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













