kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kinerja YPAS bergulat dengan lesunya bisnis semen


Selasa, 25 Juli 2017 / 16:25 WIB
Kinerja YPAS bergulat dengan lesunya bisnis semen


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Dessy Rosalina

JAKARTA. Produsen kemasan (packaging) PT Yanaprima Hastapersada Tbk (YPAS) mengaku kesulitan bersaing dengan kompetitor lain.

Selain pasar semen yang berkontribusi besar bagi penjualan tengah turun, perusahaan ini susah menurunkan harga produknya.

“Di dalam negeri masih kalah. Soalnya peraturan daerah yang berbeda soal penetapan UMR membuat mereka (kompetitor) bisa bersaing dari segi harga,” ungkap Rinawati, Direktur Keuangan PT Yanaprima Hastapersada Tbk ditemui usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Luar Biasa, Selasa (25/7).

Perusahaan asal Surabaya ini harus berkompetisi dengan industry packaging Jawa Tengah. Dimana Upah Minimum Regional (UMR) di daerah industri seperti Kabupaten Ungaran dan Semarang memang lebih rendah ketimbang Surabaya.

Selain itu YPAS masih mengandalkan industri semen bagi bisnisnya. Menurut Rinawati, sampai tahun lalu 40% penjualan masih berasal dari kantong semen. “Kalau semen tumbuh tentu kami turut tumbuh pula,” katanya.

Berdasarkan laporan keuangan kuartal I 2017, kontribusi kantong semen bagi penjualan masih paling besar 38% dari total pendapatan Rp 47 miliar. Namun penjualan kantong semen turun 61% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dari Rp 29 miliar menjadi Rp 18 miliar.

Sementara karung plastik milik YPAS mengalami kenaikan penjualan. Yakni dari Rp 14 miliar di kuartal satu tahun lalu menjadi Rp 17 miliar kuartal satu saat ini.

Rinawati mengatakan, bahwa saat ini perusahaannya tengah menangani permintaan dari salah satu anak usaha pupuk Indonesia. Namun ia masih enggan membeberkan lebih lanjut soal kerjasama tersebut.

Selain itu untuk industri kemasan, saat ini pasar tengah mengalami pergeseran. “Kalau dulu pakai 3 lapis untuk kantong, Sekarang cuma satu lapis, bottom back namanya. Harga lebih murah. Tapi marginnya kecil dan harga cukup bersaing di antara pemain,” ungkapnya.

Selama ini untuk mendapatkan order perseroan selalu memakai sistem tender atau lelang. Rinawati menjelaskan kontrak lelang selalu berjangka pendek, sesuai order volume permintaan klien.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×