kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kualitas data blok migas sulit ditingkatkan


Kamis, 04 Januari 2018 / 17:25 WIB
Kualitas data blok migas sulit ditingkatkan


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data blok migas yang disiapkan pemerintah untuk dilelang oleh pemerintah selama ini kerap dikeluhkan karena kualitasnya yang tidak sesuai harapan. Kondisi ini tentu juga berpengaruh terhadap minat investasi para kontraktor terhadap pengelolaan blok-blok migas yang ditawarkan oleh pemerintah.

Pelaksana tugas Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ego Syahrial mengakui kondisi rendahnya kualitas data blok migas yang dimiliki oleh pemerintah. Salah satu penyebabnya adalah minimnya pendanaan yang diperlukan untuk mempersiapkan data tersebut.

Dia bilang selama ini pemerintah hanya bisa menyiapkan data migas berdasarkan survey 2D. Ini berbeda dengan data migas milik badan usaha yang kerap kali justru lebih baik karena survey tidak hanya 2D melainkan juga 3D.

Dalam lelang blok migas tahun lalu saja dari lima blok migas yang diminati 70% datanya disiapkan sendiri oleh badan usaha.

"Anggaran kementerian terbatas karena satu tahun itu paling tidak seismik baru di badan geologi dananya tidak sampai Rp 90 miliar. Data disiapkan pemerintah masih 2D kerapatan kualitas data memang tidak sebagus itu," kata Ego dalam diskusi bersama media di Kantor Kementerian ESDM, Kamis (4/1).

Dari total dana yang tidak sampai Rp 90 miliar tersebut masih harus dibagi lagi menjadi tiga wilayah berdasarkan sebaran basin atau cekungan yang terdapat di wilayah Indonesia. "Itu masih dibagi jadi tiga wilayah," tukasnya.

Untuk tahun lalu saja dana yang bisa digelontorkan Kementerian ESDM untuk melakukan survey data seismik 2D hanya RP 75 miliar untuk survey di titik lokasi dengan masing-masing dana per lokasi adalah sebesar Rp 25 miliar. "Tahun lalu ada tiga di Arafura Selatan, Selaru Timur serta Buru itu semua off shore," ujar Ego.

Sementara untuk tahun ini dana yang disiapkan justru lebih rendah yakni hanya Rp 58 miliar untuk dua titik lokasi yakni di Selo Bangka, Sulawesi Tenggara dengan dana Rp 29 miliar dan Singkawang Kalimantan Barat juga dengan biaya Rp 29 miliar.

Dia menjelaskan dengan alokasi dana yang minim dipastikan akan sulit untuk memperoleh informasi akurat mengenai potensi cadangan migas di 128 cekungan yang tercatat sejauh ini. Terlebih untuk ke depan cadangan migas banyak terdapat di Indonesia bagian timur di mana biayanya juga pasti akan lebih besar. Untuk satu titik survey di wilayah Indonesia timur dana yang dihabiskan bisa mencapai Rp 100 miliar.

Dalam data Kementerian ESDM sejauh ini potensi dari 128 cekungan yang baru 40% yang sudah dieksplorasi dan berhasil diproduksi, sementara 20% hanya baru dilakukan tahapan eksplorasi awal dan belum dipastikan potensi cadangannya. Sementara sisanya belum tersentuh. "Wilayah yang belum dilakukan apa-apa dan belum dilihat itu 40% (dari 128 cekungan). Nah itu terletak di Indonesia timur," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×