Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kenaikan nilai tukar mata uang dollar Amerika Serikat dan menurunnya harga jual pupuk di pasar internasional membuat laba bersih PT Pupuk Sriwijaya diperkirakan merosot. Laba bersih Pupuk Sriwijaya diperkirakan merosot 25%-30% dibandingkan laba bersih 2012.
Pada 2012, laba bersih PUSRI adalah sebesar Rp 1,3 triliun. Dengan asumsi demikian, maka pada 2013 laba bersih akan berkurang Rp 325 miliar-Rp 390 miliar, menjadi sekitar Rp 910 miliar-Rp 975 miliar.
Zain Ismed, Corporate Secretary PUSRI, mengatakan pengurangan laba itu disebabkan karena dua hal. Pertama karena kenaikan dollar AS yang menyebabkan kenaikan harga pokok produksi. "Bahan baku kami yang utama itu 60% dari gas alam, sisanya 40% dari treatment pabrik. Nah gas alam itu kami belinya harus dengan dollar dari Pertamina, Pertagas, Medco. Karena dollar naik ya biaya produksi juga jadi naik," ujar Zain pada KONTAN, Jumat (7/3).
Lalu yang kedua, disebabkan oleh penurunan harga pupuk di pasaran internasional. Penurunan harga disebabkan oleh langkah China yang melakukan ekspor besar-besaran ke pasar dunia. Akibatnya, persediaan menjadi berlebih sehingga membuat harga jual pun jadi turun. "Turun sekitar 30%-35% yang biasanya US$ 450 - US$ 500 per ton menjadi US$ 325 per ton," terang Zain.
Untuk diketahui saja, PUSRI saat ini memiliki empat pabrik, kapasitas satu pabrik adalah sebesar 570.000 ton per tahun. Dengan kapasitas produksi satu pabrik per hari 1.750 ton. Target produksi 2013 adalah 2.050.000.
Target produksi 2014 adalah sebesar 2.040.000. Produksi menurun karena mesin sudah mulai usang sehingga kapasitas produksi tidak maksimal.
Adapun Januari 2014, pihaknya menghasilkan total produksi 224.469 ton. Catatan itu terdiri dari produksi pupuk jenis Urea sebesar 108.666 ton dan pupuk jenis Amonia sebesar 115.803 ton.
Dari total produksi tersebut, pihaknya telah menjual pupuk urea sebanyak 158.921 ton. Jumlah tersebut terdiri dari urea bersubsidi atau Public Service Obligation (PSO) sebesar 117.626 ton. Sisanya untuk dijual ke pasar untuk perkebunan, industri dan ekspor sebanyak 41.295 ton.
Dari jumlah tersebut, ekspor mereka sebesar 4.433 ton. Pihaknya menjelaskan, tidak ingin terlalu memperkuat lini eskpor, pasalnya harga di pasaran internasional sedang turun. Adapun harga tersebut adalah US$ 325 per ton.
Untuk pupuk PSO, Pusri menawarkan Harga Eceran Tertinggi (HET) sebesar Rp 1800 per kilogram. Pupuk itu dijual di rayon Pusri di Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Bangka Belitung, DKI Jakarta dan Banten, Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News