Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proyek Light Rail Transit (LRT) di Bali diusulkan untuk dibagun di bawah tanah. Pembangunan ini akan memakan biaya tiga kali lipat dari proyek LRT pada umumnya.
Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Badan Perencanaan Nasional (Bappenas), Ervan Maksum mengatakan pembangunan LRT di Bali menghadapi masalah besar.
Pertama, lantaran di Bali terdapat aturan bahwa bangunan tidak boleh dibangun lebih tinggi dari pohon kelapa.
Kedua, tidak dapat melakukan pelebaran jalan lantaran di Bali terdapat banyak pura.
Baca Juga: Kemenhub Dirikan PPIT untuk Tingkatkan Pembiayaan Infrastruktur Transportasi
"Makanya satu-satunya cara (pembangunan) harus ke bawah dan (pembangunan) ke bawah bisa pembiayaanya 3 kali lipat lebih besar dari pada di atas," kata Ervan dalam Seminar Nasional Strategi Green Financing Sektor Transportasi untuk Daya Saing Perkeretaapian Berkeadilan, dipantau daring, Senin (25/9).
Pembangunan bawah tanah ini akan berdampak pada peningkatan biaya. Ia mencontohkan pembangunan LRT dari Kuta sampai Bandara Ngurah Rai saja bisa mencapai Rp 5 triliun.
"Jadi bisa mahal sekali padahal itu (Kuta-Bandara Ngurah Rai) tidak sampai 4,9 km," kata Ervan.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan saat ini tengah dilakukan persiapan untuk studi kelayakan (feasibility study/FS) bagi pembangunan LRT Bali.
Baca Juga: Menhub Bertemu EU-ASEAN Business Council Bahas Peluang Kerjasama dan Investasi
Studi kelayakan tersebut nantinya akan didanai melalui skema bantuan atau Official Development Assistance (ODA) dari Korea Selatan (Korsel).
"Sementara untuk pendanaan konstruksinya akan dilakukan melalui skema KPBU,” ucap Budi dalam keterangan tertulis, Rabu (31/5).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News