Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK) berupaya memacu kinerja pada semester II-2025. Namun, produsen cetakan sarung tangan ini masih dalam mode wait and see mencermati dampak gejolak geopolitik dan dinamika ekonomi global.
Maklum, mayoritas pendapatan MARK ditopang oleh pasar ekspor. Berkaca dari kinerja kuartal I-2025, penjualan MARK menyusut 4,22% secara tahunan (year on year/yoy) dari Rp 211,99 miliar menjadi Rp 203,03 miliar.
Penjualan ke pasar ekspor berkontribusi sebesar Rp 173,80 miliar atau setara dengan 85,60% terhadap total penjualan MARK pada kuartal I-2025. Sisanya ditopang oleh penjualan ke pasar lokal sebesar Rp 29,22 miliar.
Penjualan ekspor dan lokal MARK masing-masing mengalami penurunan 3,50% dan 8,28% (yoy). Sejalan dengan itu, perolehan laba bersih MARK merosot 3,08% (yoy) dari Rp 72,23 miliar menjadi Rp 70 miliar hingga kuartal I-2025.
Baca Juga: Optimalkan Kinerja, Mark Dynamics Indonesia (MARK) Genjot Penjualan Ekspor di 2025
Presiden Direktur Mark Dynamics Indonesia, Ridwan Goh memproyeksikan MARK bisa kembali mencapai pertumbuhan laba bersih pada akhir tahun 2025. MARK mengejar target tersebut dengan asumsi stabilitas pasar ekspor tetap terjaga, serta tidak ada gangguan signifikan dari sisi geopolitik maupun makroekonomi global.
MARK melihat industri cetakan sarung tangan masih prospektif pada Semester II-2025, meskipun terdapat tantangan eksternal yang cukup signifikan. MARK masih terus mencermati dinamika global seperti dinamika geopolitik di Timur Tengah, serta ketidakpastian arah kebijakan tarif ekspor-impor.
"Kami masih menunggu kondisi pasar, karena tekanan ekonomi global dan juga perang dagang Amerika Serikat-China membuat semua masih wait and see," ungkap Ridwan saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (8/7).
Ridwan menyoroti potensi dari permintaan terhadap alat kesehatan, termasuk sarung tangan medis yang merupakan kebutuhan strategis global. Permintaan global terhadap sarung tangan medis dan industri diperkirakan mencapai lebih dari 450 miliar pieces per tahun, dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan alias Compound Annual Growth Rate (CAGR) sekitar 8% hingga 2030.
Pertumbuhan itu didorong oleh tiga faktor. Meliputi kenaikan kesadaran global akan standar higienitas, peningkatan belanja kesehatan di negara berkembang, serta regulasi keselamatan kerja yang semakin ketat di industri manufaktur, laboratorium, dan kesehatan.
Negara-negara produsen sarung tangan terbesar dunia seperti Malaysia, Thailand, India, dan China tetap menjadi tujuan ekspor MARK. Meski begitu, Ridwan menegaskan bahwa MARK terus berupaya untuk melakukan diversifikasi negara tujuan ekspor.
"Dengan memperluas jaringan distribusi serta menjalin kemitraan strategis dengan pelanggan di negara-negara lain dalam beberapa tahun terakhir terbukti efektif dalam menjaga kesinambungan permintaan," imbuh Ridwan.
Secara operasional, MARK melakukan pengembangan produk cetakan sarung tangan yang lebih efisien dalam penggunaan energi. Produk ini dirancang untuk menjawab kebutuhan industri manufaktur sarung tangan yang semakin fokus pada efisiensi operasional dan keberlanjutan lingkungan.
Ridwan memprediksi utilisasi kapasitas produksi MARK pada tahun ini akan berada pada level 60% - 65%. "Namun tidak menutup kemungkinan bila terjadi kenaikan permintaaan, kapasitas produksi juga akan disesuaikan," jelas Ridwan.
Guna memuluskan rencana operasional dan bisnisnya, MARK menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 20 miliar. Capex MARK tahun ini difokuskan pada optimalisasi mesin-mesin pabrik guna menjaga efisiensi produksi serta menjaga keberlangsungan produksi dan menekan potensi downtime.
Selanjutnya: Utang Jatuh Tempo Pemerintah Bengkak di 2026, Tertinggi dalam Sejarah
Menarik Dibaca: Elementbike Kantongi Lisensi Warner Bros, Siap Rilis Desain Superhero DC Comics
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News