Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Medco Energi Internasional Tbk menunjukkan kesiapannya dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Emiten migas berkode saham MEDC (anggota indeks Kompas100) tersebut berusaha mengadopsi teknologi mutakhir sepanjang penerapannya sejalan dengan bisnis perusahaan.
Presiden Direktur MEDC Hilmi Panigoro menjelaskan, industri migas merupakan industri yang padat modal dan teknologi. Sejak tahun 1970-an, adopsi teknologi digital sebenarnya telah dilakukan dalam industri migas global untuk meningkatkan kinerja operasi dan keuangan para pemainnya.
Baca Juga: Kembali dapat utang US$ 1 miliar, begini serapan capex PLN hingga kuartal III 2019
Perjalanan digitalisasi industri migas terus berlangsung hingga sekarang. “Ini mencakup pengumpulan dan analisis data untuk membantu pembuatan keputusan operasi migas yang lebih cepat, akurat, dan efisien,” papar Hilmi, Rabu (13/11).
Jika ditelusuri, investasi pengembangan teknologi di bidang migas lebih banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan produsen migas atau produsen peralatan jasa migas raksasa dunia yang punya divisi research & development, seperti Schlumberger, Halliburton, General Electric dan sebagainya.
MEDC juga berupaya menggunakan teknologi terkini dalam proses pertambangan migas. Teknologi tersebut diperoleh melalui pembelian atau penyewaan dengan harapan dapat meningkatkan nilai tambah bagi perusahaan.
“Investasi teknologi tidak kami lakukan hanya karena tren semata, tapi kami harus yakin bahwa teknologi tersebut akan memberi nilai tambah,” terang dia.
Sejauh ini, implementasi teknologi dalam kegiatan operasional MEDC cukup sukses. Hilmi memberi contoh, saat proses pemeliharaan mesin-mesin turbin MEDC beralih dari cara-cara tradisional menjadi modern dengan menggunakan teknologi terbaru, biaya pemeliharaan yang ditanggung perusahaan turun sekitar 20%--25%.
Baca Juga: Dukung pariwisata nasional, PLN perkuat pasokan energi hijau di Kepulauan Seribu
Ke depan, MEDC akan terus berupaya mengadopsi teknologi untuk aktivitas bisnisnya. Misalnya, pemanfaatan internet of things hingga penggunaan artificial intelligence dalam proses kerja perusahaan.
“Kami melihat, di masa depan akan ada banyak pekerjaan migas yang dapat diambil alih oleh mesin, namun di sisi lain akan muncul profesi baru di bidang migas yang berhubungan dengan ekosistem digital di seluruh rangkaian operasi migas dari hulu sampai hilir,” papar Hilmi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News