Reporter: Dimas Andi, Filemon Agung | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
Lagi pula, pemerintah mengklaim jika harga BBM eceran di Indonesia tergolong murah jika dibandingkan dengan negara-negara Anggota ASEAN yang lain. Sebelum pandemi Covid-19 merebak, pemerintah melalui PT Pertamina juga telah menurunkan harga BBM harga pada Januari dan Februari tahun ini.
Sementara volume penjualan bensin per April turun 29,80% atau menjadi 65.670 kiloliter (kl) ketimbang penjualan pada periode nomal yag sebanyak 93.550 kl. Penjualan Solar pun berkurang sebesar 18,69% menjadi 33.580 kl. Padahal, biasanya Solar bisa terjual hingga 41.300 kl.
Kementerian ESDM menyadari, harga jual Solar di Indonesia termasuk tinggi. Namun kementerian tersebut mengaku sudah cukup lama mempertahankan harga jual, Bahkan, di tengah keputusan negara-negara lain yang sempat pasang harga tinggi.
Belum lagi, pemerintah menanggung subsidi untuk Solar dan Premium. Adapun badan usaha banting harga ketika menjual Pertalite. "Filipina itu menjual BBM setara Pertalite sebesar Rp 10.000 per liter dan Laos di kisaran Rp 14.000 per liter atau jauh lebih tinggi dari harga jual di tanah air," tutur Arifin.
Sementara Pertalite, Premium dan Solar mendominasi 70% pangsa pasar BBM dalam negeri. Khususnya, dagangan Pertamina. Pemerintah mengaku, kondisi saat ini saja sudah menjadi pukulan berat bagi para badan usaha.
Sehari sebelumnya, Minggu (3/5), Vice President Corporate Secretary Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, harga BBM subsidi maupun non subsidi di seluruh SPBU Pertamina tetap sama. Menurut manajemen perusahaan itu, kondisi sekarang tampak tidak normal karena ada wabah virus korona. Sementara dampak di setiap negara berbeda.