kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meleset, Kementerian ESDM hanya targetkan 2 smelter baru yang beroperasi tahun ini


Minggu, 28 Juni 2020 / 19:09 WIB
Meleset, Kementerian ESDM hanya targetkan 2 smelter baru yang beroperasi tahun ini
ILUSTRASI. Dari target 4 smelter, kini Kementerian ESDM hanya menargetkan 2 smelter baru yang beroperasi tahun ini.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hilirisasi tambang mineral melalui fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) kembali meleset dari target. Tambahan smelter baru pada tahun ini saja dipastikan berkurang dari rencana awal.

Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yunus Saefulhak mengungkapkan, semula target akan ada tambahan 4 smelter baru yang beroperasi di tahun ini. Namun, yang masih memungkinkan untuk bisa beroperasi tahun ini hanya ada 2 smelter.

Adapun, keempat smelter yang awalnya dijadwalkan beroperasi tahun ini, pertama, smelter nikel PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) di Halmahera Timur, Maluku Utara dengan kapasitas produksi tahunan sebesar 64.655 ton Feronikel.

Baca Juga: Pengembangan empat smelter tak jelas, pemerintah rombak target capaian 2022

Kedua, smelter timbal PT Kapuas Prima Coal (KPC) di Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah dengan kapasitas produksi 22.924 ton timbal bullion.

Ketiga, smelter nikel PT Arthabumi Sentra Industri di Morowali, Sulawesi Tengah yang akan menghasilkan 72.965 ton Nikel Pig Iron.

Keempat, smelter mangan yang dibangun oleh PT Gulf Mangan Grup di Kupang, Nusa Tenggara Timur yang akan memproduksi 40.379 ton ferromangan.

Dari keempat proyek smelter itu, hanya smelter FeNi Antam dan timbal KPC yang dijadwalkan bisa selesai dalam periode kuartal III atau kuartal IV tahun ini.

"Untuk target 2020 dari 4 smelter menjadi 2, yaitu KPC dan Antam. Dua lainnya mundur ke tahun depan," kata Yunus saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (28/6).

Mundurnya smelter nikel PT Arthabumi terjadi karena dampak Covid-19 yang membuat arus pengiriman barang dan juga tenaga ahli menjadi terhambat. "Sedangkan Gulf Mangan karena masih moratorium," sebut Yunus.

Secara umum Yunus mengatakan wabah Covid-19 sangat berpengaruh terhadap pengerjaan proyek smelter dan membuatnya menjadi terhambat. "Barang, peralatan dan tenaga ahli yang berasal dari negara produsen teknologi mengalami keterlambatan dalam penyelesaian dan pengirimannya," terang Yunus.

Baca Juga: Perusahaan smelter lokal: kami tidak membeli bijih nikel dari luar negeri




TERBARU

[X]
×