Reporter: Muhammad Julian | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID-MUARA ENIM. Di balik rimbun hutan karet dan sawit yang mengelilingi Desa Aur Duri Kecamatan Rambang Dangku Kabupaten Muara Enim, sekira 140 kilometer lebih jauhnya dari Palembang, berdiri sebuah kelompok budidaya lebah madu binaan Medco E & P Lematang (Medco E&P). Karya Maju Bersama namanya.
Dalam sebulan, kelompok yang beranggotakan 9 orang ini mampu menghasilkan belasan hingga tembus 20 kilogram madu
“Tahun ini saja kelompok kami ini sudah 1 kuintal 70 kilogram. Itu (hitungannya) masih sedikit,” ujar Bustam Arifin, peternak lebah binaan Medco E&P di Desa Aur Duri saat dikunjungi media, Senin (20/10/2025).
Bagaimana madu-madu itu diproduksi? Bustam bersama kelompok petani binaan Medco lainnya menyiapkan kotak-kotak sarang dalam ukuran besar dan kecil. Fungsinya sebagai sarana untuk mewadahi lebah memproduksi madu.
Tiap kotak berukuran besar dapat menghasilkan madu hingga 5 kilogram, sementara kotak kecil sekitar 2 kilogram. Panennya tiap 3 minggu sekali selama Juli-Oktober. Maklumlah, kegiatan panen tidak bisa dilakukan di musim hujan.
“Karena kita (produksi) madu liar, madu liar ini dia mudah terganggu. Kalau musim hujan kita panen, yang (ada lebah) madunya ini pergi,” sebut Bustam.
Baca Juga: Medco E&P Catat Kenaikan Produksi Gas South Sumatra Block
Madu hasil panen Karya Maju Bersama dipasarkan hingga ke Provinsi Jambi, Bengkulu, Lampung hingga ke Pulau Jawa. Per kilogramnya dibanderol Rp 130.000. Ada pula yang dikemas dalam bentuk botolan berukuran 450 mililiter (ml) dengan harga Rp 65.000.
Lewat cara itulah, Bustam dan para petani madu lainnya beroleh penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, termasuk untuk biaya pendidikan anak-anak.
“Dipanen kena madu, dapat duit. Bisa lah, bantu-bantu (kebutuhan keluarga),” tambahnya.
Tergantung Karet
Perekonomian Kecamatan Rambang Dangku sejatinya banyak bersandar pada komoditas karet. Data terkini Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, perkebunan karet rakyat di Kecamatan Rambang Dangku mencapai 16.453,00 hektare (ha) pada tahun 2019. Produksi karetnya mencapai 18.030,15 ton di tahun yang sama.
Tetapi, seperti halnya komoditas lain, harga karet naik turun. Pendeknya, komoditas ini tidak bisa jadi andalan satu-satunya dalam menopang penghidupan petani. Apalagi kala harganya ambruk.
Ini juga sejalan dengan temuan statistik Medco yang menunjukkan adanya korelasi antara penurunan harga karet dengan kemunculan masalah-masalah sosial di wilayah operasinya, yakni South Sumatra Block (SSB). Itulah sebabnya, ekonomi masyarakat menjadi salah satu yang fokus dalam program pengembangan Medco E&P.
Menyoal opsi program, Medco E&P punya alasan tersendiri untuk memilih budidaya lebah madu dalam program pengembangan masyarakat di Aur Duri.
“Kebetulan kami beroperasi di sekitar wilayah tanaman hutan produksi, sehingga di situ sering ada konflik lahan (antara manusia dengan satwa) dan sebagainya, ini yang kita cari solusi bersama, kira-kira apa kegiatan ekonomi bersama yang tanpa merusak lingkungan sekitar, salah satunya adalah budidaya lebah madu,” terang Manager Field Relation & Community Enhancement Medco E&P South Sumatra Region, Hirmawan Eko Prabowo dalam acara kunjungan media ke Soka Station, Muara Enim, Minggu (19/10/2025).
Baca Juga: Tingkatkan Efisiensi, Medco Energi (MEDC) Kurangi Konsumsi Bahan Bakar Gas
Toh, sebelum Medco terlibat membantu pengembangan, budidaya madu memang sudah digeluti oleh sebagian warga Aur Duri. Bustam misalnya. Sejak tahun 2014, pria kelahiran tahun 1961 itu sudah beternak lebah madu.
Hanya saja modal dan peralatannya masih terbatas. Barulah pada 2016 Medco E&P ikut terjun melakukan pendampingan. Maka lahirlah kelompok binaan budidaya lebah madu bernama Karya Maju Bersama.
Dukungan yang Medco E&P kepada kelompok binaan ini datang dalam bentuk peralatan, pelatihan, hingga pendampingan pemasaran.
“Pagar seng yang di luar (mengelilingi area budidaya) juga dari Medco, sebelum ada seng beruang suka datang menghancurkan kotak-kotak (sarang lebah),” imbuh Bustam.
Program Pengembangan Masyarakat (PPM) memang merupakan bagian dari kegiatan industri hulu minyak dan gas (migas).
Pelaksanaannya dilakukan oleh SKK Migas dan KKKS sebagai kontribusi kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi dalam mendukung program pemerintah untuk pemberdayaan masyarakat di sekitar daerah operasi.
Usulannya dibuat oleh KKKS, lalu disetujui oleh SKK Migas. Programnya disesuaikan dengan skala prioritas kebutuhan masyarakat. Panduan-panduannya diatur dalam Panduan Tata Kerja (PTK) 017 yang diterbitkan oleh SKK Migas.
“Kami (industri hulu migas) banyak program selain apa yang terlihat. Banyak kegiatan lainnya yang kami lakukan, baik dari aspek pendidikan, kesehatan, peningkatan ekonomi, maupun jika terjadi hal yang tidak diinginkan bencana alam, peran hulu migas menjadi bagian garda terdepan di dalam membantu pemerintah daerah,” tutur Kepala Dept. Formalitas dan Komunikasi SKK Migas Perwakilan Sumbagsel, Syafei, Minggu (19/10/2025).
Baca Juga: Medco Power Resmikan Tajak Sumur Eksplorasi Panas Bumi Proyek Bonjol
Selanjutnya: AAJI Optimistis Kinerja Unit Link Mulai Pulih pada Paruh Kedua 2025
Menarik Dibaca: IHSG Diperkirakan Terkoreksi, Ini Rekomendasi Saham MNC Sekuritas (27/10)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













