Reporter: Agung Hidayat | Editor: Anna Suci Perwitasari
Namun demikian, Oki tak menampik bahwa tren dunia usaha memang ke arah industri 4.0. Ia mencontohkan, di kala pandemi ini orang dipaksa untuk bekerja secara digital dan berangsur udah mulai menjadi kebiasaan.
Di sisi lain, Yusak Billy, Marketing Director PT Honda Prospect Motor (HPM) menerangkan sebelum terjadi pandemi sebenarnya industri juga sudah melihat kebutuhan untuk melakukan otomatisasi dan digitalisasi yang dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi produksi.
"Tentunya pengalaman di masa pandemi ini semakin memperkuat kebutuhan untuk mempercepat implementasi industri 4.0 agar produktivitas dapat selalu terjaga di masa normal yang baru," katanya kepada Kontan.co.id, Jumat (29/5).
Sebelumnya Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dikabarkan sedang mengkaji ulang target-target industri manufaktur nasional. “Kondisi kenormalan baru ini membuat kami harus menghitung ulang dengan baik, target-target yang sebelumnya sudah direncanakan, kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita.
Baca Juga: Penerapan new normal dapat menjadi katalis positif bagi pengusaha makanan minuman
Menurut Menperin, kenormalan baru dalam industri manufaktur dapat berpengaruh pada aspek produktivitas hingga daya saingnya. Salah satu target yang bakal disesuaikan adalah pengurangan impor hingga 35%, yang awalnya diproyeksi tercapai pada akhir tahun 2021 menjadi 2022.
Menperin menyebutkan, saat ini telah terjadi berbagai tatanan baru dalam aktivitas industri. Misalnya, sebelum pandemi Covid-19, industri yang beroperasi dapat mengoptimalkan 100% atau seluruh pekerjanya. Namun, dengan penerapan protokol kesehatan seperti aturan physical distancing, industri melakukan penyesuaian karyawannya hingga 50%.
Menperin juga sempat menyinggung soal implementasi industri 4.0. "Mungkin pengurangan tidak terlalu signifikan bagi industri yang sudah menerapkan prinsip industri 4.0. Tetapi akan lebih terasa oleh industri yang melibatkan banyak sumber daya manusia (SDM) atau industri padat karya. Ini harus dikaji lagi lebih dalam," terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News