Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menarini Indonesia merilis hasil penelitian bertajuk BENEFIT. Penelitian ini pada dasarnya mengevaluasi efektivitas dan profil keamanan obat Nebivolol pada pasien hipertensi di Asia sesuai dengan kondisi praktik dokter sehari-hari.
Adapun obat Nebivolol yang dijual Menarini ini masih diimpor dari Italia dan direncanakan bisa segera diproduksi di dalam negeri. Sebagai informasi mengenai penelitian BENEFIT, riset ini bersifat observasi ini dilakukan secara terbuka, tanpa pembanding, tanpa kontrol, prospektif, dan tunggal di 66 klinik maupun rumah sakit di Korea Selatan mulai dari 1 Juli 2015 sampai dengan 23 Maret 2017.
Adapun dari total 3.250 data pasien yang dikumpulkan, sebanyak 3.011 menyelesaikan penelitian ini. Hasilnya, obat Nebivolol menunjukkan efektivitas dan profil keamanan konsumsi sehari sekali, baik sebagai pengobatan tunggal maupun pengobatan tambahan.
Baca Juga: Menarini Indonesia secepatnya realisasikan ekspor ke Asia
Presiden Direktur Menarini Indonesia Reinhard Ehrenberger menyatakan Menarini Indonesia berkomitmen melayani kebutuhan pasien di Asia yang masih belum terpenuhi saat ini dan di masa depan. "Komitmen ini mencakup identifikasi dan pengembangan solusi inovatif terkait kesehatan, sambil terus mendukung penelitian baru," kata Reinhard, Senin (24/2).
Reinhard menyatakan dengan berbagai hasil penelitian BENEFIT ini kepada masyarakat luas, Menarini Indonesia berharap bisa membantu para dokter di Indonesia dalam melayani pasien dengan memberikan mereka akses terhadap riset dan pengetahuan terbaru.
Adapun penelitian ini juga sejalan dengan panduan hipertensi EC/ESH 2018 yang merekomendasikan penghambat beta dalam penanganan hipertensi. Reinhard mengakui saat ini produk obat hipertensi Nebivolol Menarini masih diimpor dari Italia. "Meski begitu, Menarini Indonesia sedang mengkaji lebih lanjut, untuk bisa diproduksi di Indonesia," ujar dia.
Baca Juga: Obat bebas (OTC) masih mendominasi penjualan Menarini
Reinhard menjelaskan, realisasi produksi ini butuh waktu, khususnya untuk menyesuaikan dengan regulasi yang berlaku di Indonesia. Baik itu dari segi kualitas maupun biaya produksi yang meliputi ketersediaan bahan baku hingga pemenuhan standard obat dari BPOM.
Meski demikian, Reinhard menyatakan sejauh ini Menarini berharap bisa secepatnya diproduksi di dalam negeri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News