kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   -10.000   -0,51%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Menguji Daya Tahan Bisnis Waralaba di Tengah Ketidakpastian Ekonomi


Rabu, 16 April 2025 / 19:09 WIB
Menguji Daya Tahan Bisnis Waralaba di Tengah Ketidakpastian Ekonomi
ILUSTRASI. Bisnis waralaba bakal terkena imbas jika gejolak ekonomi terus menekan konsumsi di dalam negeri.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dampak dari ketidakpastian ekonomi membayangi nyaris seluruh sektor bisnis, tak terkecuali usaha waralaba (franchise). Bisnis waralaba bakal terkena imbas jika gejolak ekonomi terus menekan konsumsi di dalam negeri.

Direktur Bina Usaha Perdagangan Kementerian Perdagangan (Kemendag) Septo Soepriyatno mengungkapkan di tengah tantangan eksternal, perluasan basis wirausaha melalui waralaba bisa ikut memperkuat ekonomi domestik. Apalagi, Indonesia memiliki potensi pasar yang besar.

"Kami harapkan waralaba dapat menjadi solusi memperkuat fondasi ekonomi nasional melalui akses yang mudah untuk memulai usaha dan sistem bisnis yang terstandarisasi," kata Septo dalam konferensi pers IFRA x ICE 2025, Rabu (16/4).

Waralaba diharapkan bisa menjadi pintu masuk untuk meningkatkan rasio kewirausahaan Indonesia yang baru menyentuh 3,35% dari total angkatan kerja. Padahal, rasio kewirausahaan di negara-negara maju minimal berada di level 4% dari angkatan kerja.

Baca Juga: Potensi Besar Waralaba di Indonesia, Kemendag Dorong Ekspansi ke Pasar Global

Di tengah berbagai tantangan ekonomi, Septo berharap jumlah pelaku usaha di bisnis waralaba bisa tumbuh stabil di level 5%. "Kami coba untuk menjangkau wilayah-wilayah dengan potensi besar, terutama di luar Pulau Jawa dan Sumatera," ujar Septo. 

Dari sisi segmen usaha, kuliner menjadi kategori yang mendominasi bisnis waralaba di Indonesia. Hingga Februari 2025, Kemendag mencatat ada 157 pemberi waralaba dalam negeri dan 154 pemberi waralaba luar negeri yang telah memiliki Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW).

Sektor makanan dan minuman mendominasi dengan komposisi 47,77%. Diikuti jasa kecantikan, pendidikan nonformal, ritel, dan lainnya. Pada tahun 2024, industri waralaba di Indonesia menyerap 97.872 tenaga kerja lokal dan mencapai omzet senilai Rp 143,25 triliun.

Jumlah gerai yang dikelola sendiri mencapai 34.503 unit, sedangkan gerai yang diwaralabakan berjumlah 13.786 unit. Menghadapi gejolak ekonomi, pemerintah pun masih mengkaji kebijakan dan kemungkinan pemberian insentif untuk pelaku usaha. "Kami masih mendiskusikan hal itu," kata Septo.

Ketua Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) Anang Sukandar berharap pemerintah dapat membantu pengembangan industri waralaba. Antara lain melalui pembinaan dari bawah seperti inkubator dan pendampingan hingga usaha waralaba tersebut berkembang.

"Memang tidak mudah. Dari awal mulai inkubator sampai pendampingan, pemerintah perlu turun, setidaknya pemerintah daerah. (Dari sisi pelaku usaha) juga jangan asal-asalan, jangan asal mau cepat dapat duit," ungkap Anang.

Baca Juga: Electronic City Indonesia (ECII) Getol Tambah Gerai Baru pada Tahun 2025

Berkaca dari krisis covid-19, Anang meyakini industri waralaba mampu bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi, dengan ditopang oleh konsumsi domestik yang masih cukup kuat. Bersama dengan Dyandra Promosindo, AFI pun akan kembali menggelar International Franchise, License and Business Concept Expo and Conference (IFRA).

Pameran Bisnis Lisensi, Waralaba, dan Kemitraan ini diharapkan bisa ikut menggairahkan industri waralaba. Gelaran kali ini mengusung The 23rd IFRA x Indonesia Culinary Expo (ICE) 2025, yang akan diselenggarakan pada 25 - 27 April 2025 di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD City.

Presiden Direktur PT Dyandra Promosindo, Daswar Marpaung mengungkapkan pada tahun ini IFRA akan digelar dua kali. IFRA berikutnya akan diselenggarakan pada 29 - 31 Agustus 2025 di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta.

Daswar menyoroti bisnis waralaba akan menggerakkan sektor riil yang memiliki peran penting dalam aktivitas perdagangan dan ekonomi nasional. Daswar memastikan pelaku usaha waralaba yang mengikuti IFRA telah melalui proses kurasi untuk memastikan kredibilitas bisnisnya.

"Jadi yang ditawarkan adalah investasi yang riil. Ada barang dan proses produksi yang bisa dilihat. Kami ingin memastikan transaksi franchise tidak bermasalah, nggak ada investasi bodong," ujar Daswar.

Di tengah situasi ekonomi saat ini, Daswar memproyeksikan nilai transaksi dalam gelaran IFRA bisa stabil di sekitar Rp 1,5 triliun. "Tetap optimistis, tapi sulit untuk meningkatkan target dengan situasi sekarang, minimal bisa sama (seperti transaksi tahun lalu)," tandas Daswar.

Selanjutnya: APR Tampilkan Inovasi Viscose-Rayon dan Perkuat Komitmen Keberlanjutan

Menarik Dibaca: APR Tampilkan Inovasi Viscose-Rayon dan Perkuat Komitmen Keberlanjutan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×