Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) nampaknya masih berkutat dalam upaya menyelamatkan maskapai penerbangan milik negara: PT Garuda Indonesia Tbk (Garuda).
Lewat dokumen PPT yang dimiliki KONTAN, ada empat opsi atau pilihan dalam upaya menyelesaikan masalah yang membelit emiten dengan kode saham GIAA di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Merujuk opsi yang dilakukan di banyak negara, ada empat pilihan yang bisa diambil, ke empat opsi ini tentu saja membawa konsekusi masing-masing.
Opsi pertama, pemerintah akan terus mendukung Garuda. Efek dari putusan ini, pemerintah akan terus mendukung Garuda melalui pemberian pinjaman atau suntikan ekuitas. Opsi ini dilakukan seperti Singapore Airlines, Chatay Pasific serta Air China.
Baca Juga: Guru besar keuangan UI Budi Frensidy: Kombinasi 3 & 4 bisa jadi pilihan Garuda
"(Opsi ini) berpotensi meninggalkan Garuda dengan utang warisan yang besar yang akan membuat situasi yang menantang pada masa depan," tulis dokumen tersebut.
Sebagai rujukan, Singpore Airlines membukukan kerugian tahunan kedua berturut-turut dengan rekor senilai S$ 4,27 miliar, Rabu (19/5).
Seperti dikutip Reuters, Singapore Airlines akan menerbitkan obligasi konversi senilai S$ 6,2 miliar untuk membantu mengatasi krisis akibat efek wabah corona.
Aksi korporasi ini merupakan bagian opsional dari paket penyelamatan Singapore Airlines senilai S$ 15 miliar yang dipimpin pemegang saham mayoritasnya Temasek Holdings tahun lalu.
Adapun penerbangan asal Hong Kong, Cathay Pacific Airways mengumumkan kerugian US$ 2,8 miliar setara Rp 40 triliun sepanjang 2020.
Efeknya, Cathay Pacific mengajukan bailout sebesar lebih dari US$ 5 miliar setara Rp 71,5 triliun kepada pemerintah Hong Kong dan pemegang saham.
Adapun Garuda, pada kuartal III 2020 membukukan kerugian sebesar sebesar US$1,07 miliar atau Rp16,03 triliun dengan kurs Rp 14.300 per dollar AS. Adapun total utang Garuda pada kuartal III mencapai US$10,36 miliar atau sebesar Rp 148,15 triliun.
Baca Juga: Menimbang untung rugi empat opsi penyelamatan Garuda (GIAA), mana pilihan terbaik?
Kewajiban ini terdiri dari liabilitas jangka panjang senilai US$5,65 miliar (Rp 79,51 triliun) dan jangka pendek senilai US$ 4,69 miliar atau Rp 67,07 triliun
Pemerintah Indonesia sejatinya sudah dalam proses memberikan pinjaman ke Garuda lewat obligasi wajib konversi (OWK) atau mandatory convertible bond (MCB) yang diterbitkan Garuda
Garuda akan menerbitkan OWK dengan nilai maksimum Rp 8,5 triliun dengan tenor selama 7 tahun yang wajib dikonversi menjadi saham baru melalui mekanisme PMTHMETD alias private placement.
Nantinya dana tersebut akan digunakan untuk memperbaiki posisi keuangan GIAA, pembiayaan operasional, dan membantu keberlangsungan usaha.
Hanya saja, seperti penuturan Direktur Utama Garuda Irfan Setiaputra dalam acara besutan Kompas TV dan Kontan, Business Talk yang tayang di Kompas TV tiap Selasa pukul 20.00 WIB, dari total MCB yang direncanakan Rp 8,5 triliun. “Baru Rp 1 triliun yang terbit, sisanya masih ada masalah administrasi,” ujar Irfan (25/5)