Reporter: Vina Elvira | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) berfokus pada pemenuhan kebutuhan baja dalam negeri seiring dengan kembali beroperasinya pabrik HSM#1 yang telah berhenti selama satu setengah tahun.
Direktur Utama Krakatau Steel Muhamad Akbar Djohan mengatakan, saat ini, KRAS akan fokus pada pemenuhan kebutuhan baja dalam negeri untuk mendukung pembangunan infrastruktur dan hilirisasi yang menjadi bagian dari prioritas pemerintah.
Namun, KRAS juga akan terus melihat peluang-peluang untuk melakukan ekspor, terutama di negara ASEAN, Eropa, Timur Tengah dan berbagai kawasan yang mengalami pertumbuhan permintaan baja.
“KRAS telah memiliki sejarah panjang dalam melakukan ekspor di negara ASEAN seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, termasuk telah melakukan penetrasi pasar di Australia, Eropa, bahkan ke Afrika,” ungkap Akbar, kepada Kontan.co.id, Jumat (21/2).
Baca Juga: Krakatau Steel (KRAS) Siapkan Strategi Ini untuk Penuhi Permintaan Baja Domestik
Akbar menuturkan, KRAS terus berupaya mengoptimalkan peforma HSM#1 sehingga pada tahun 2025 HSM#1 dapat meproduksi HRC seoptimal mungkin.
Adapun, berdasarkan kemampuan HSM saat ini, secara konsolidasi KRAS berpotensi mencatatkan pendapatan senilai Rp 25 triliun.
Kinerja KRAS sendiri di tahun lalu masih dihadapkan berbagai tantangan. Sebab, harga baja sepanjang tahun 2024 berfluktuasi dan cenderung melemah akibat berbagai konflik geopolitik, kebijakan perdagangan proteksionisme dan meningkatnya ekspor produk baja.
Pelemahan harga ini berdampak pada pelemahan kinerja industri baja nasional.
“Namun demikian, KRAS terus menciptakan peluang peningkatan kinerja dan bisnis baru pada sektor non baja dengan mengembangkan anak usaha PT Krakatau Steel untuk menjadi penyedia jasa dan produk nasional di sektor non-baja, bukan hanya bagi PT Krakatau Steel Group,” kata Akbar.
Baca Juga: Krakatau Stell (KRAS) Jajaki Peluang Ekspor ke ASEAN, Eropa dan Timur Tengah di 2025
Jika merujuk laporan keuangan, pendapatan KRAS hingga kuartal III 2024 anjlok 47,95% year on year (yoy) dari sebelumnya US$ 1,26 miliar pada kuartal ketiga 2023.
Sementara untuk laba bruto, angkanya secara konsolidasi tercatat US$ 64,3 juta per akhir September 2024. Angka ini menyusut 39,90% yoy dari US$ 106,79 juta.
Hingga akhir September lalu, KRAS membukukan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 185,22 juta. Angka ini membengkak dari sebelumnya US$ 61,40 juta pada posisi yang sama tahun sebelumnya.
Selanjutnya: Hingga 2023, DJP Sudah Kucurkan Rp 665,54 Miliar untuk Proyek Coretax
Menarik Dibaca: Hujan Petir Guyur Daerah Ini, Berikut Ramalan Cuaca Besok (25/2) di Jawa Barat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News