kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45845,50   -13,12   -1.53%
  • EMAS1.347.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Palyja targetkan jual 155 juta meter kubik air


Jumat, 24 Februari 2012 / 08:15 WIB
Palyja targetkan jual 155 juta meter kubik air
ILUSTRASI. Gula dan bahan alami lainnya bisa Anda manfaatkan sebagai scrub wajah. KONTAn/Muradi/2017/09/14


Reporter: Bernadette Christina Munthe |

JAKARTA. Kebutuhan air bersih yang tak pernah surut membuat PT Palm Lyonnaise Jaya (Palyja) optimistis bisa menjual air sebanyak 155 juta meter kubik (m³) hingga 160 juta m³ tahun ini. Target ini meningkat 1,1%-4,37% dari penjualan 2011 yang sebesar 153,3 juta m³.

Wakil Presiden Direktur Palyja, Herawati Prasetyo, mengatakan, saat ini ketersediaan sumber air bersih masih menjadi kendala yang harus dihadapi perusahaan. Tahun lalu, dari total produksi 256 juta m³ air, sebanyak 88 juta m³ air atau 34,34% berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Tangerang.

Sebanyak 65,66% air lainnya diperoleh dari Waduk Jatiluhur. "Ke depan kami khawatir pasokan dari Tangerang turun seiring dengan pertumbuhan daerah itu. Pemerintah perlu memikirkan alternatif sumber air nanti dari mana," kata Herawati kepada KONTAN, Kamis (23/2).

Tahun lalu Palyja membeli air bersih dari PDAM Kabupaten Tangerang dengan harga rata-rata Rp 2.205 per m³ atau senilai Rp 194 miliar. Sementara harga beli air baku dari Jatiluhur berkisar Rp 172 per m³ atau Rp 28,9 miliar sepanjang tahun lalu.

Herawati memprediksikan, penjualan air dari pelanggan non-domestik di Jakarta tahun ini akan meningkat. Pasalnya, Pemerintah Daerah DKI Jakarta baru saja menaikkan harga air tanah menjadi Rp 23.500 per m³. Sementara harga air Palyja untuk konsumen nondomestik lebih murah, yakni sekitar Rp 12.550 per m³.

Meyritha Maryanie, Kepala Komunikasi dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Palyja, menambahkan, tahun ini perusahaan penyedia air bersih ini menargetkan penambahan 10.000 hingga 12.000 sambungan air. Hingga akhir tahun 2011 lalu Palyja telah memiliki 414.470 sambungan air.

Jumlah sambungan air ini melejit 97,4% dari sambungan pada tahun 1998 yang mencapai sekitar 209.895 sambungan. "Penambahan ini akan memperhatikan lokasi dan daya dukung jaringan," kata Meyritha.

Menurut Meyritha, sebenarnya jaringan Palyja lebih mampu untuk melayani pelanggan baru di Jakarta Selatan. Tapi selama ini permintaan kebanyakan dari Jakarta Barat.

Agar tetap bisa memenuhi kebutuhan pelanggan, Palyja pun akan melakukan efisiensi dan pengurangan kebocoran air alias non revenue water (NRW). Pada 2011, NRW Palyja berhasil ditekan turun menjadi 39% dari NRW 2010 yang mencapai 42,3%. Nah, tahun ini, Palyja berharap kebocoran air bisa ditekan menjadi 37%-38%.

Menurut Herawati, kebocoran air ini selain disebabkan oleh kerusakan fisik pada jaringan distribusi air, ada pula yang dicuri atau anomali pada meteran air. "NRW ini maksimal bisa ditekan turun sampai 25%. Untuk lebih dari itu perlu investasi besar untuk memperbaiki jaringan," kata Herawati. Tahun lalu, Palyja sudah memperbaiki 58.346 kebocoran, naik 39,71% dari perbaikan sepanjang 2010 yang sebanyak 41.762 kebocoran.

Untuk mendukung sederet aksi tersebut, Palyja sudah mengalokasikan modal 2012 sebesar Rp 120 miliar. Modal ini naik 3,44% dari belanja modal 2011 yang sebesar Rp 116 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×