Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi
Namun kabar baiknya, India disebut akan menurunkan tarif impor untuk produk olahan sawit Indonesia menjadi 45%, sehingga sama dengan tarif yang dikenakan kepada produk olahan sawit Malaysia.
“Tentu ini karena negosiasi yang terus menerus dilakukan oleh Kemendag dan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) kepada Pemerintah India,” ujar Joko.
Adapun masalah paling serius yakni rencana Uni Eropa untuk mengurangi impor sawit mulai 2021. Terhadap rencana ini, Pemerintah Indonesia terus melakukan lobi disertai ancaman retaliasi beberapa produk impor dari Uni Eropa.
Baca Juga: Gapki optimistis ekspor minyak kelapa sawit Indonesia tahun ini lampaui tahun lalu
Kendati volume ekspor meningkat, dari sisi perolehan devisa ekspor mengalami penurunan. Sampai dengan Juli, devisa ekspor dari produk sawit (di luar biodiesel dan oleochemical) mencapai US$ 9,8 miliar.
“Angka ini turun 18% dibanding periode yang sama tahun 2018, yaitu sebesar US$ 11,9 miliar,” kata Joko.
Penurunan tersebut dikarenakan melemahnya harga CPO di pasar ekspor. Namun demikian, harga CPO di pasar internasional kini mulai menunjukkan pergerakan naik.
Joko Supriyono berharap, tren kenaikan ini terus menunjukkan ke arah yang positif hingga akhir tahun. “Sehingga sawit tetap mampu berkontribusi positif terhadap neraca perdagangan Indonesia,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News