Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Barito Pascific Tbk (BRPT) bersiap melanjutkan sejumlah agenda ekspansi bisnisnya pada 2025 kendati perusahaan ini menghadapi tantangan global yang tiada henti.
Agus Pangestu, Direktur Utama BRPT mengatakan, pabrik Chlor Alkali – Ethylene Dichloride (CA-EDC) Chandra Asri Group di Cilegon telah ditetapkan sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN), sehingga memperkuat komitmen BRPT terhadap pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Dalam catatan KONTAN, proyek pabrik CA-EDC menelan investasi sebesar Rp 15 triliun dan akan dikelola oleh anak usaha Chandra Asri Group yaitu PT Chandra Asri Alkali (CAA).
Pabrik ini akan memiliki kapasitas produksi sebesar 400.000 ton per tahun untuk kaustik soda basah dan 500.000 ton per tahun untuk Ethylene Dichloride (EDC). Pabrik tersebut ditargetkan dapat beroperasi pada kuartal I-2027 mendatang.
Selain itu, Agus juga menyebut bahwa perjanjian jual beli bersyarat (CSPA) untuk akuisisi Shell Chemical and Industrial Park (SECP) merupakan sebuah langkah transformatif yang akan memperkuat posisi BRPT sebagai pemain utama di industri kimia regional.
Baca Juga: Ini Penyebab Pendapatan Barito Pacific (BRPT) Turun Meski Laba Bersih Naik 116%
Sementara di sektor energi, BRPT dengan senang hati mengumumkan penyelesaian tambahan kapasitas pembangkit binary sebesar 16,6 MW yang merupakan sebuah pencapaian penting dalam upaya berkelanjutan BRPT untuk memperluas jejak energi terbarukan.
"Langkah ini semakin memperkuat komitmen kami dalam mendukung transisi energi Indonesia, sekaligus meningkatkan ketahanan energi dan keberlanjutan untuk masa depan," ujar Agus dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (17/3).
Sebagai informasi, pada 2024 lalu BRPT membukukan pendapatan sebesar US$ 2,38 miliar pada 2024, melemah 13,5% year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan pendapatan ini disebabkan oleh pemeliharaan terjadwal atau Turnaround Maintenance (TAM) di kompleks petrokimia perusahaan, serta gangguan kondisi pasokan dan permintaan global.
Selain pendapatan, EBITDA BRPT juga terpangkas 3,6% yoy menjadi US$ 570 juta pada akhir 2024. Manajemen BRPT bersyukur penurunan EBITDA ini tergolong rendah, mengingat perusahaan tersebut berhasil menstabilkan operasional di segmen bisnis energi.
BRPT pun mampu menghasilkan margin EBITDA sebesar 23,9% pada 2024, meningkat dari tahun sebelumnya yakni sebesar 21,4%. BRPT juga membukukan kenaikan laba bersih setelah pajak sebesar 23% yoy menjadi US$ 123 juta.
Agus pun memaparkan, meski menghadapi tantangan global yang tiada henti, BRPT tetap gesit dalam memanfaatkan likuiditas yang kuat serta pendekatan strategis melalui diversifikasi. Melalui akuisisi anorganik yang terarah, BRPT terus berekspansi ke segmen yang lebih stabil serta memperkuat strategi pertumbuhan jangka panjang perusahaan.
"Dengan mengandalkan kekuatan finansial, kemitraan strategis, dan keahlian pasar, kami tidak hanya memperluas jejak bisnis kami, tetapi juga membentuk masa depan yang mengutamakan ketahanan, keberlanjutan, dan pertumbuhan," ungkap dia.
Laporan keuangan BRPT pun telah mencerminkan pendekatan yang bijaksana dalam pengelolaan modal. Hal ini terbukti dengan rasio utang bersih terhadap ekuitas yang stabil di level 0,72x dan rasio utang terhadap modal yang sehat di 52,5% pada akhir 2024. Posisi keuangan yang kuat ini memberikan fondasi yang kokoh untuk mendukung rencana ekspansi BRPT.
Selanjutnya: Indonesia Sumbang 30% Tenaga Kerja Pabrik Nike dan Adidas di Dunia
Menarik Dibaca: Pengumuman SNBP 2025! Simak Jadwal dan Cara Cek Hasil Secara Online Berikut
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News