Reporter: Agustinus Beo Da Costa | Editor: Azis Husaini
JAKARTA. Seluruh pekerja Pertamina menolak adanya Kerjasama Operasi (KSO) Pertamina EP dengan perusahan migas asal Cina Daqing Oilfield Company Ltd dan PT Geo Cepu Indonesia dalam proyek pengurasan minyak tahap lanjut alias Enhanced Oil Recovery (EOR). Bahkan Mereka akan melawan kebijakan yang dibuat oleh Direktur Hulu Pertamina Muhammad Husein
Seperti diketahui, Pertamina EP akan melakukan proyek EOR di 40 lapangan minyak dan gas bumi (migas) di Pertamina EP dalam waktu dekat dengan dalih untuk meningkatkan produksi migas Pertamina EP yang umumnya memang sudah uzur. Menurut Presiden Serikat Pekerja Pertamina Bersatu Ugan Gandar, KSO bukanlah sesuatu yang haram dan biasa dalam dunia bisnis.
Meski demikian, pekerja Pertamina menolak jika sumur atau struktur migas yang menjadi tulang punggung atau backbone Pertamina EP di KSO kan. "Tetapi kalau struktur-struktur andalan atau yang menjadi backbone kami di Pertamina EP yang di KSO kan, kami tersinggung," ungkap Ugan kepada KONTAN, Minggu (25/8).
Ugan juga berharap agar Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan tidak melakukan tekanan terhadap Pertamina. Karena sudah tidak saatnya lagi menteri melakukan tekanan. Dia menilai, pekerja Pertamina melihat adanya indikasi korupsi kolusi dan nepotisme dalam KSO proyek EOR ini.
Misalnya, kata dia, pembentukan brigade 100 k dan 200 K oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan dikondisikan sedemikain rupa, sehingga Pertamina EP harus melakukan proyek EOR dan otomatis akan ada KSO dengan kontraktor migas asal Cina Daqing dan perusahan lokal PT Geo Cepu Indonesia.
Brigade 100 k adalah satuan tugas di Pertamina yang dibentuk oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan untuk meningkatkan produksi panas bumi, sedangkan Brigade 200 adalah satgas yang dibentuk untuk meningkatkan produksi migas. "Pekerja Pertamina menilai tengat waktu dan target produksi yang dibebankan oleh menteri BUMN tidak realistis," ungakp dia.
Kebijakan KSO oleh Direksi Pertamina sangat bertentangan dengan perjuangan Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu dan elemen anak bangsa lain untuk merebut kedaulatan atas industri migas Indonesia.
Sementara itu, Manager Humas Pertamina EP Agus Amperianto mengungkapkan, agar sebaiknya Direktur Hulu pertamina menjelaskan kepada pekerja Pertamina terkait langkah KSO proyek EOR dengan Daqing Oilfield Company Ltd dan PT Geo Cepu Indonesia. Sebab selama ini Pertamina sendiri mampu untuk meningkatkan produksi pada sumur-sumur tua tersebut, tentu kementerian BUMN memiliki pertimbangan sendiri terkait peningkatan dan percepatan pendapatan negara.
Agus Amperianto menilai, dalam banyak proyek seperti di Pertamina EP Limau sewaktu KSO dengan Husky produksi di lapangan migas Limau hanya 4.000 sampai 5.000 barel per hari. Namun saat ini, Pertamina EP sendiri mampu meningkatkan produksi hingga 9.000 sampai 10.000 barel per hari. Hal yang sama juga terjadi pada PHE West Madura Offshore .
Direktur Hulu Pertamina Muhamad Husein tidak menjawab panggilan telpon dan pesan singkat KONTAN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News