kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45925,20   -6,16   -0.66%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pembudidaya di kepulauan natuna ekspor ikan kerapu hidup ke Hongkong


Kamis, 13 September 2018 / 16:13 WIB
Pembudidaya di kepulauan natuna ekspor ikan kerapu hidup ke Hongkong


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembudidaya ikan di Kepulauan Natuna, baru-baru ini melakukan ekspor sebanyak 16.720 kilogram (kg) ikan kerapu hidup untuk tujuan Hongkong, dengan nilai ekspor mencapai US$ 100.314 atau Rp 1,45 miliar. 

Ekspor dilakukan via jalur laut dengan menggunakan dua kapal berbendera Hongkong yakni Kapal Mv. Cheung Kam Wah dan Kapal Cheng Wai Hing.

Eko Prihananto salah seorang pembudidaya ikan kerapu di Natuna (PT Putri Ayu Jaya), menyatakan bahwa secara umum aktivitas ekspor kerapu ke Hongkong masih stabil sepanjang tahun 2018. 

Ia merinci saat ini untuk harga ikan kerapu berbagai jenis, masing-masing kerapu hybrid Rp 85.000 per kg, ikan kerapu tikus Rp 800.000 per kg, dan kerapu sunu senilai Rp 350.000 per kg.

"Sekali shiping biasanya mencapai minal 16 ton. Sebenarnya ekspor dari Natuna ini berjalam normal. Catatan kami sepanjang tahun ini sudah 11 kali kami melakukan ekspor, artinya minimal sebulan sekali aktivitas ekspor ini ada,” ungkap Eko, dalam siaran persnya, Kamis (13/9).

Ia menjelaskan, posisi Natuna yang dekat dengan negara tujuan ekspor, sangat straregis, sehingga dirinya menilai bisnis kerapu masih menjadi pilihan menjanjikan bagi masyarakat Natuna.

"Ekspor ke Hongkong dari Natuna cukup memakan waktu selama enam hari. Bandingkan dengan wilayah lain seperti Bali yang memakan waktu hingga 10 hari, kalau PP sudah memakan waktu 20 hari,” imbuhnya.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan perikanan (KKP), Slamet Soebjakto mengatakan, kepulauan Riau merupakan sentra budidaya kerapu nasional dan secara geografis cukup dekat dengan akses pasar di Hongkong atau Tiongkok.

Untuk daerah lain seperti di Timur Indonesia memang ada penurunan intensitas ekspor, ini disebabkan karena akses yang jauh dari pelabuhan muat singgah. Di sisi lain usaha budidaya banyak yang tidak tersentral dalam satu kawasan, sehingga kuota panen dinilai belum menutupi kapasitas angkut.

Slamet juga menuturkan, bagi pembudidaya ikan kerapu yang terdampak, KKP telah memberikan dukungan program untuk mulai mendiversifikasi komoditas budidaya ke non-kerapu yang memiliki akses pasar lebih luas seperti kakap putih dan bawal bintang di beberapa daerah.

"Di beberapa daerah seperti NTB, budidaya ikan seperti bawal bintang mulai berkembang. Ini saya rasa akan kita dorong sebagai alternatif komoditas selain kerapu,” pungkas Slamet.

Sementara itu, berdasarkan data ekspor kerapu hidup yang dirillis BPS tahun 2018, menunjukkan adanya pola bahwa ekspor kerapu hidup Indonesia setiap tahunnya (2014-2018) mulai meningkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×