kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.894.000   -12.000   -0,63%
  • USD/IDR 16.282   22,00   0,14%
  • IDX 6.935   30,30   0,44%
  • KOMPAS100 1.009   6,51   0,65%
  • LQ45 767   4,77   0,63%
  • ISSI 229   1,66   0,73%
  • IDX30 394   1,12   0,28%
  • IDXHIDIV20 454   0,88   0,19%
  • IDX80 113   0,96   0,85%
  • IDXV30 114   0,81   0,71%
  • IDXQ30 127   0,41   0,32%

Pemerintah Minta Tambahan Subsidi buat Bahan Bakar Nabati


Senin, 09 Februari 2009 / 15:48 WIB


Reporter: Gentur Putro Jati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Meski usulan tambahan subsidi bahan bakar nabati (BBN) terdahulu belum mendapat persetujuan dari DPR, pemerintah sudah mengajukan tambahan subsidi lagi untuk BBN.

Evita Herawati Legowo, Dirjen Migas Departemen ESDM, mengusulkan kepada Komisi VII DPR agar subsidi BBN dalam Rancangan APBNP 2009 ditambah menjadi Rp 831,42 miliar. Sementara, usulan sebelumnya sebesar Rp 774,46 miliar.

Menurut Evita, jumlah subsidi bertambah karena kuota BBM bersubsidi dalam Rancangan APBNP 2009 juga mengalami kenaikan dibandingkan dengan acuan kuota yang digunakan dalam APBN 2009.

"Tambahan anggaran itu untuk menyubsidi bioetanol sebanyak 206.389 kiloliter (kl) dan biodiesel sebanyak 625.038 kl. Sehingga, kalau kita mengusulkan subsidi Rp 1.000 per liter, maka alokasi tambahan subsidinya menjadi Rp 831,42 miliar," ujar Evita, Senin (9/2).

Evita memaparkan, volume bioetanol yang disubsidi sebesar 1% dari kuota premium bersubsidi Rancangan APBNP 2009 sebesar 20,639 juta kl. Serta, volume biodiesel yang disubsidi sebesar 5% dari kuota solar bersubsidi sebesar 12,5 juta kl.

"Subsidi hanya diperlukan kalau harga BBN lebih tinggi dari BBM. Subsidi diperlukan untuk menjaga kestabilan pasokan BBN ke dalam negeri," jelasnya.

Evita menambahkan, harga BBN saat ini cenderung lebih tinggi ketimbang harga BBM. Sementara, PT Pertamina (Persero) sebagai perusahaan yang bertugas mendistribusikan BBM bersubsidi tidak memiliki dana berlebih untuk membeli BBN yang harganya lebih tinggi dari BBM. Ditambah lagi, produsen BBN enggan berproduksi untuk menjual produk BBN-nya ke dalam negeri karena harganya yang tidak kompetitif.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×