Reporter: Yohan Rubiyantoro,Badrut Tamam | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pemerintah optimis nilai ekspor Indonesia bisa mengalami kenaikan signifikan pada akhir tahun 2008 ini. Adapun target ekspor yang dipatok pemerintah adalah US$ 140 miliar. Itu artinya, nilai ekspor ditargetkan mengalami kenaikan dua kali lipat dalam kurun waktu 4 tahun.
Hal itu disampaikan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu usai pembukaan rapat kerja Departemen Perdagangan 2008 di Istana Wapres, hari ini. Mari Pangestu bilang, "Untuk tahun ini, ekspor tumbuh minimum 12 sampai 14 persen. Sedangkan tahun lalu, pemerintah berhasil melampaui target ekspor dari yang tadinya 14,5 persen menjadi 15,5 persen."
Mendag memaparkan, indikator pertumbuhan ekspor tahun ini dapat dilihat dari adanya peningkatan harga komoditas seperti harga kelapa sawit yang meroket hingga 130% dalam semester pertama tahun ini. Selain itu, pertumbuhan ekspor ke Amerika Serikat (A.S) tumbuh 16 persen. “Padahal, ekspor ke AS justru sangat beragam. Selain itu, jumlah sektor komoditas yang diekspor hanya sedikit,” ujarnya. Indikator lainnya, nilai ekspor ke Eropa pun tumbuh 19 persen. "Itu artinya, ada pertumbuhan ekspor di luar komoditi," terangnya.
Mendag lantas menganalisa faktor-faktor yang melatarbelakangi pertumbuhan ekspor. “Ada tiga faktor utama yang mendorong pertumbuhan ekspor,” jelasnya. Pertama, realisasi investasi asing dan dalam negeri meningkat sehingga menyebabkan banyak perusahaan yang melakukan ekspansi. Kedua, produk yang diekspor Indonesia tidak terkena imbas resesi dunia seperti Malaysia atau Singapura. "Di kedua negara itu, mayoritas barang ekspor merupakan barang elektronik sehingga terkena imbas yang signifikan," katanya.
Ketiga, ada peralihan perolehan sumber (sourcing) dari Amerika dan Eropa ke Indonesia, khususnya untuk garmen, mainan dan sepatu. Sebelumnya, A.S dan Eropa mengambil sourcing dari China dan Vietnam. Peralihan tersebut disebabkan China mengambil kebijakan untuk menaikkan nilai mata uangnya. Selain itu, China juga mengeluarkan undang-undang perburuhan yang dinilai mengganggu dunia usaha. "Karena itu, mereka mengalihkan sourcing ke Indonesia," kata Mari.
Sementara itu, Sekjen Gabungan Pengusaha eksportir Indonesia (GPEI) Totok Dirgantara bilang, peningkatan ekspor itu bisa tercapai asal pemerintah dapat menggenjot hasil produk ekspor Indonesia, terutama ke AS dan negara-negara Eropa. Sebut saja tekstil, kopi, CPO dan beberapa komiditas andalan lainnya. "Sebab, selama ini sektor komoditas yang mendominasi menggenjot ekspor kita," tandas Totok Senin (11/8) kepada KONTAN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News