kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengembang properti, perbankan, dan regulator kolaborasi bangun optimisme


Jumat, 13 Agustus 2021 / 09:50 WIB
Pengembang properti, perbankan, dan regulator kolaborasi bangun optimisme
ILUSTRASI. Aktivitas?pekerja proyek pembangunan?perumahan di Bogor, Jawa Barat, Jum'at (6/8). Kebijakan insentif PPN yang merupakan salah satu stimulus di masa pandemi meningkatkan penjualan properti


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 masih belum berakhir dan menekan berbagai sektor usaha. Sektor properti merupakan salah satu yang terdampak dari tekanan pandemi yang sudah masuk dalam tahun kedua tersebut.

Oleh karena itu, industri ini harus berkolaborasi stakeholder baik dengan regulator maupun perbankan untuk tetap optimistis bisa bertahan menghadapi kondisi ini.

Pelaku industri realestat berharap terobosan-terobosan stimulus akibat dampak negatif dari pandemi Covid-19 yang diberikan oleh pemerintah, perbankan dan stakeholders lainnya perlu percepatan, sinkronisasi dan konsistensi sehingga mampu kembali menggairahkan pasar.

Arvin Fibrianto Iskandar, Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Realestat Indonesia (REI) DKI Jakarta mengatakan saat ini permintaan pasar belum membaik.

Baca Juga: Sektor perumahan membaik, Kemenkeu: Karena insentif PPN DTP

Walaupun data yang dirilis Badan Pusat Statistik baru-baru ini memperlihatkan tren membaik, tetapi banyak pengembang khususnya yang bergerak dalam pembangunan apartemen, perkantoran, mal dan hotel masih cukup berat.

Hal itu disampaikan dalam webinar bertajuk "Bertahan Menghadapi Pandemi; Realita Pengembang & Solusi Dukungan Perbankan”.

Arvin bilang, pelaku industri real estate berharap agar para stakeholder khususnya dibidang perbankan mengetahui secara persis kesulitan yang dihadapi pengembang saat ini.

"Kami minta kebijakan selektif perbankan dalam memberikan kredit dilihat kembali. Di lapangan laporan cancellation pengajuan KPR dan KPA masih sangat  tinggi.  Mari kita bersama-sama mencari solusi, sehingga industri realestat bisa kembali normal dan bertumbuh,” katanya dalam siaran persnya, Jumat (13/8).

Dia menambahkan, pengembang saat ini sudah melakukan berbagai strategi agar efisien dan menjaga untuk bertahan agar cashflow perusahaan tidak terus terpuruk.

Oleh karena itu, REI meminta beberapa kebijakan antara lain berupa feksibilitas KPR (approval KPR & KPA dipercepat, cancelation konsumen dapat di-minimize), restrukturisasi modal kerja dan project loan serta rescheduling pembayaran

Dari kebijakan-kebijakan itu, REI berharap tahun 2021 menjadi waktu yang tepat melakukan pembelian properti karena jaminan dari debitur adalah jaminan agunan yang solid yang nilainya akan terus naik setiap tahun.

Baca Juga: Kejar target, BTN gelar pameran virtual KPR Merdeka

Merespon hal itu, Eddy Manindo Harahap Direktur Eksekutif Departemen Pengendalian Kualitas Pengawasan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan, pihaknya sudah menerbitkan POJK terkait stimulus covid-19 dan melakukan sinkronisasi terhadap aturan-aturan agar implementasi kebijakan berjalan dengan cepat dan tepat.

Kebijakan relaksasi menurutnya dimaksudkan agar bank dapat membantu debitur pada sektor yang terdampak dan bank segera melakukan restrukturisasi untuk debitur yang berkinerja baik namun terdampak, termasuk debitur pengembang.

OJK juga meminta Bank tidak ragu membantu debitur terdampak yang memang membutuhkan dana segar untuk menjalankan bisnisnya

“Ada beberapa kebijakan untuk debitur terkena dampak Covid-19 di antaranya bahwa bank dapat memberikan kredit yang baru kepada debitur terdampak Covid-19 dan Penetapan kualitas kredit tersebut dilakukan secara terpisah dengan kualitas kredit sebelumnya,” tambahnya.

Namun, bank dapat menyesuaikan mekanisme persetujuan restrukturisasi kredit dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.

Selama pandemi Covid-19, lanjutnya, ada 101 bank yang telah melakukan restrukturisasi kredit terhadap 5,16 juta debitur dengan total outstanding sebesar Rp772 triliun.

Kurniawan Agung Wijayanto, Deputi Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia (BI) menjelaskan, kondisi industri realestat  sampai dengan Juli 2021 jauh lebih baik dari tahun lalu.

Baca Juga: Wilayah penyangga Jakarta disebut masih jadi pilihan para developer properti

Hasil riset BI terbaru menggambarkan bahwa hampir semua segmen angka pertumbuhannya positif. "Pertumbuhan KPR meningkat seiring stimulus kebijakan yang diberikan oleh pemerintah, BI dan otoritas terkait. Walaupun kembali kontraksi akibat pemberlakuan PPKM namun seiring demand yang cukup kuat diperkirakan akan kembali menguat,” terangnya.

Sementara itu, Executive Vice President Consumers Loan Group PT. Bank Mandiri Tbk Ignatius Susatyo Wijoyo pada kesempatan itu mengatakan bahwa Bank Mandiri telah melakukan beberapa langkah antisipasi selama pandemi, menyesuaikan kebutuhan pasar.

“Beberapa langkah antisipasi untuk meningkatkan penyaluran KPR/KPA diantaranya adalah  suku bunga rendah satu digit sampai 3,88%, keringanan biaya-biaya KPR, Pembiayaan KPR sampai 100 persen,  dengan memberikan kemudahan dan persyarat KPR/KPA calon debitur,” terangnya.

Terkait banyaknya cancellation KPR/KPA yang dirasakan pengembang selama pandemi hal itu adalah karena sikap hati-hati perbankan. Dan menurutnya hanya terjadi untuk beberapa sektor yang memang debiturnya sangat terdampak.

Di antaranya industri penerbangan dan turunannya, industri otomotif dan turunannya, hotel, restoran, café dan industri pariwisata.

Adapun Suryanti Agustinar, Executive Vice President Nonsubsidized Mortgage & Personal Lending Division (NSLD) BTN menyebutkan, pihaknya tetap menjadi bank yang konsisten dalam menyalurkan pembiayaan properti, dengan risiko yang terukur, pruden dan konsisten.

Baca Juga: Fokus ke Bekasi, Pakuwon Jati (PWON) optimistis bisa mendongkrak penjualan

Menurutnya, semua usulan stimulus dan fleksibilias yang diminta REI sudah dilakukan BTN. Sikap selektif yang dilakukan perbankan selama Pandemi semata guna menghindari adanya penumpang gelap, sehingga kepada debitur harus tetap dilakukan verifikasi

Selama pandemi lanjut Suryanti, BTN tetap mengalami pertumbuhan pembiayaan baik dari hulu maupun hilir.

“BTN saat ini sudah bekerjasama dengan 7.000-8.000 pengembang yang bisa mendapatkan pinjaman, khususnya untuk mendukung penyediaan rumah. Konsisten memberikan pembiayaan kredit pemilikan lahan sampai 75%, Kredit konstruksi dan kredit investasi lainnya. Dari Hulu menciptakan iklim yang sesuai dengan kebutuhan pengembang dan ke hilirnya kami sediakan KPR/KPA sesuai segmen kebutuhan debitur," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×