Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wacana Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang ingin menambah porsi crumb rubber alias karpet serpih dalam aspal jalan berpotensi menaikkan harga karet dunia.
Pasalnya, bila Indonesia beralih fokus pada penggunaan dalam negeri, maka stok dunia bisa berkurang dan menyebabkan kenaikan harga internasional.
Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Suharto Honggokusumo menjelaskan bila terjadi penambahan hingga 100.000 ton digunakan dalam negeri maka ekspor akan dikurangi. "Stok dunia berkurang dan potensi harga bisa meningkat," jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (11/7).
Apalagi biaya jual karet dalam negeri dan ekspor tidak jauh beda, karena ekspor menerima insentif bea namun tarif logistik sedangkan penjualan dalam negeri dikenai pajak. Efeknya justru bisa mengubah devisa negara karena karet merupakan salah satu produk ekspor unggulan.
Menurutnya tahun lalu produksi nasional karet alam Indonesia mencapai angka 3,4 juta ton. Perkiraannya tahun ini bakal naik 3% sesuai rata-rata tahunan pada umumnya.
Sebanyak 85% atau setara 2,8 juta ton di ekspor dan menjadi salah satu kontributor besar dalam pangsa pasar dunia.
Adapun harga karet pada bursa internasional Tocom berada di 171,6 JPY per kilogram, harga ini terus mengalami penurunan 20,45% dari year to date di 206,7 JPY per kg.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News