Reporter: Abdul Basith | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peringkat Indonesia sebagai eksportir tuna berdasarkan data Asosiasi Tuna Indonesia (Astuin) turun ke peringkat 9. Sebelumnya, Indonesia menempati posisi ke-6 dari 19 eksportir terbesar dunia.
"Saya rekap dari 2012 sampai 2016, rankingnya dari 6 sekarang merosot jadi 9, yang mencolok adalah Papua Nugini," ujar ketua Astuin, Hendra Sugandhi usai diskusi terbuka di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Hendra memaparkan data volume ekspor Indonesia pada tahun 2012 sebesar, 158.782 ton setara dengan US$ 314,44 juta. Sementara volume ekspor tuna tahun 2016 turun menjadi 115.953 atau senilai US$ 174,35 juta.
Penurunan itu dinilai Hendra akibat adanya peraturan larangan kapal asing di Indonesia. Selain itu juga Indonesia tidak memanfaatkan wilayah laut lepas. "Kita kan tidak memanfaatkan laut lepas sama sekali," terang Hendra.
Akibat pelarangan kapal asing di Indonesia membuat ekspor Papua Nugini naik. Hendra bilang kapal yang sebelumnya di Indonesia masuk ke Papua Nugini. Selain itu tuna dari Papua Nugini tidak dikenai biaya masuk di Eropa.
Sejalan dengan Hendra, Rektor terpilih Institut Pertanian Bogor, Arif Satria saat acara diskusi regulasi tuna mengatakan Indonesia belum dapat memanfaatkan kuota penangkapan tuna. Hal tersebut senada dengan Hendra diakibatkan oleh kurangnya pemanfaatan laut lepas.
Arif bilang jumlah kapal penangkapan ikan tuna Indonesia pun masih kurang hingga saat ini. Hal itu membuat hasil tangkap tidak maksimal. "Indonesia perlu menambah kapal longline memanfaatkan batas tangkapan," jelas Arif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News