kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Permintaan alas kaki bisa naik 8%


Rabu, 29 Desember 2010 / 10:48 WIB
Permintaan alas kaki bisa naik 8%


Reporter: Herlina KD | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Perbaikan ekonomi akan membuat belanja alas kaki menanjak. Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) memperkirakan, permintaan alas kaki pada tahun depan masih lebih baik ketimbang tahun ini.

Djimanto, penasihat Aprisindo, mengatakan bahwa pemulihan ekonomi membuat daya beli masyarakat menguat. "Sehingga tahun depan permintaan alas kaki dalam negeri bisa sekitar Rp 27 triliun," ujarnya Senin (27/12). Artinya, permintaan ini tumbuh 8% dari target permintaan alas kaki tahun ini yang sebesar Rp 25 triliun. Sebanyak 60% atau Rp 15 triliun dari penjualan tahun ini berasal dari produk lokal. Sementara, 40% sisanya berasal dari produk impor. Sebagian besar impor tersebut dari China.

Sebelumnya, KONTAN pernah menulis, gempuran impor China ini akan menggencet produk sepatu lokal. Dus, penjualan sepatu lokal tahun depan bisa melorot 20%. Salah satu kelebihan sepatu China, menurut Djimanto, ada pada harganya yang kompetitif. Maklum, industri di China jauh lebih efisien ketimbang di Indonesia. Maka tidak aneh, setelah ASEAN–China Free Trade Agreement (ACFTA) berlaku, impor sepatu dari negara berpenduduk 1,4 miliar tersebut kian deras.

Menjagokan ekspor

Meski produk lokal terancam, ekspor alas kaki tahun depan tampaknya akan melesat. Djimanto memprediksi, ekspor sepatu dari Indonesia tahun 2011 bisa mencapai US$ 2,2 miliar atau naik 10% dari ekspor tahun ini yang diperkirakan melampaui US$ 2 miliar. Adapun hingga Agustus lalu, ekspor sepatu sudah mencapai US$ 1,9 miliar.

Kenaikan ekspor alas kaki ini karena kualitas produk alas kaki Indonesia semakin baik dan sudah memenuhi standar internasional. Kemudian, krisis global yang berangsur pulih juga merangsang permintaan, khususnya alas kaki segmen kelas menengah atas. "Ini karena alas kaki produksi Indonesia, baik merek lokal maupun internasional, selalu berinovasi dalam desain yang disesuaikan dengan tren," terang Djimanto.

Kualitas sepatu Indonesia yang sudah diakui dunia terlihat dari pesanan sepatu merek Nike dan Reebok yang terus naik. Cuma, karena kapasitas produksi sepatu sudah mentok, produsen dalam negeri tidak bisa memenuhi semua permintaan ekspor. Kini, produksi sepatu nasional rata-rata sekitar 1,2 miliar pasang per tahun. Produksi ini diperoleh dari 500 pabrik sepatu.

Untuk memenuhi permintaan sepatu di dalam dan luar negeri, Aprisindo berupaya menambah jumlah pabrik. Saat ini, pertumbuhan pabrik sepatu masih kurang dari 30 pabrik per tahun. Aprisindo berharap, dalam tiga tahun ke depan pertumbuhan pabrik baru bisa mencapai 50 pabrik per tahun.

Secara terpisah Budi Irmawan, Direktur Industri Tekstil dan Aneka Kementerian Perindustrian, membenarkan, peningkatan daya beli masyarakat memang menumbuhkan permintaan alas kaki domestik. Bahkan, dia menduga pangsa pasar produk lokal di pasar domestik bisa meningkat 6%. "Peningkatan ini disebabkan oleh apresiasi produk dalam negeri sudah meningkat," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×