kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45997,15   3,55   0.36%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perpadi: Harga Beras Akan Kembali Normal pada Maret 2022


Jumat, 18 Februari 2022 / 21:50 WIB
Perpadi: Harga Beras Akan Kembali Normal pada Maret 2022


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi) mengatakan, fenomena kenaikan harga beras di awal tahun ini adalah pola yang biasa terjadi di setiap tahun. Perpadi memprediksikan pada bulan Maret harga beras akan kembali normal.

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, harga Gabah Kering Petani (GKP) naik 4,96% pada Januari 2022 terhadap Desember 2021 mencapai Rp 5.010 per Kg. Sementara, harga beras di penggilingan naik 4,94% pada Januari 2022 terhadap Desember 2021 menjadi Rp 5.117 per Kg.

“Kenaikan ini merupakan pola yang biasa terjadi setiap tahun. Permasalahannya hanyalah supply and demand saja,” imbuh ketua umum Perpadi Sutarto Aliemoso kepada Kontan, Jumat (18/2).

Sutarto menjelaskan, kenaikan harga beras disebabkan oleh kurangnya ketersediaan beras karena produksi yang menurun. Menurut Sutarto, setidaknya dibutuhkan 2,7 juta ton beras tiap bulannya untuk mencukupi kebutuhan masyarakat Indonesia.

Baca Juga: Meski Omicron Meningkat, Wahana Inti (NASI) Tetap Optimistis Pendapatan Tumbuh 30%

Turunnya produksi pada bulan Desember 2021 adalah karena faktor cuaca sehingga pengairan padi tidak berjalan lancar. Banyak petani yang tidak bisa mengairi padi karena lokasi yang tidak berdekatan dengan bendungan, sehingga hanya memanfaatkan air sungai ataupun air hujan.

Pada periode September seharusnya petani sudah melakukan pengairan padi agar bulan Oktober dan November dapat melakukan penanaman padi. Namun, karena keterbatasan sistem pengairan tersebut membuat petani harus menunda masa tanam. Oleh karena itu, untuk mensiasati kurangnya produksi maka petani menaikkan harga jual gabah sebagai salah satu keuntungan yang dapat diambil.

Dalam menanggapi ketergantungan produksi padi terhadap kondisi cuaca, Perpadi mendorong pemerintah untuk bisa berinvestasi pada alat pengering penggilingan padi terbarukan.

Sutarto mencontohkan, aktivitas produksi pada saat masa penghujan yang harus terhenti karena keterbatasan mesin pengering penggilingan padi. Menurutnya produksi beras di masa penghujan cukup besar sehingga dibutuhkan adanya teknologi yang dapat mengeringkan padi tanpa mengandalkan sinar matahari.

Baca Juga: Poles Kinerja, Buyung Poetra Sembada (HOKI) Berencana Perluas Area Penjualan

Selanjutnya, Sutarto juga menjelaskan, kenaikan harga beras ini tidak berpengaruh besar pada keuntungan perusahaan produsen beras. Hal tersebut karena menimbang terkait kompetisi harga beras yang dijual. Menurutnya, harga gabah yang telah dijual mahal oleh petani, tidak serta merta dinaikkan oleh produsen beras supaya menjaga kesetiaan konsumen.

Kendati demikian, Sutarto bilang, periode kenaikan harga beras ini tidak akan berlangsung lama. Menurut pengamatan Sutarto, saat ini harga beras mulai melandai dan ditargetkan pada Maret harga sudah kembali normal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×