kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.501.000   -95.000   -3,66%
  • USD/IDR 16.785   -20,00   -0,12%
  • IDX 8.647   2,68   0,03%
  • KOMPAS100 1.194   -2,61   -0,22%
  • LQ45 847   -5,47   -0,64%
  • ISSI 309   -0,04   -0,01%
  • IDX30 437   -2,15   -0,49%
  • IDXHIDIV20 510   -4,16   -0,81%
  • IDX80 133   -0,62   -0,47%
  • IDXV30 139   0,36   0,26%
  • IDXQ30 140   -0,77   -0,54%

Perprindo Soroti Sejumlah Tantangan Industri Elektronik Nasional pada 2026


Selasa, 30 Desember 2025 / 15:48 WIB
Perprindo Soroti Sejumlah Tantangan Industri Elektronik Nasional pada 2026
ILUSTRASI. Menyongsong 2026, prospek industri elektronik dalam negeri ditengarai masih akan menghadapi tantangan. (KONTAN/Carolus Agus Waluyo)


Reporter: Chelsea Anastasia | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menyongsong 2026, prospek industri elektronik dalam negeri ditengarai masih akan menghadapi tantangan.

Sebelumnya, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai bahwa mulai masuknya industri ke rantai pasok semikonduktor menjadi sentimen positif untuk elektronik nasional ke depan. Indonesia pun disebut berpotensi melakukan hilirisasi dari silika hingga produk semikonduktor.

Perkumpulan Perusahaan Pendingin Refrigerasi Indonesia (Perprindo) mengamini, pasar domestik memiliki peluang realistis di segmen downstream, seperti assembly & testing, modul elektronik, dan produk akhir berbasis semikonduktor.

Walaupun, Sekretaris Jenderal Perprindo Andy Arif Widjaja mengatakan, saat ini industri elektronik nasional belum siap masuk ke segmen hulu semikonduktor, seperti manufaktur chip tingkat lanjut.

Baca Juga: Di Tengah Tekanan Daya Beli, Simak Strategi Produsen Elektronik Menjaga Pertumbuhan

“Untuk meningkatkan nilai tambah, dibutuhkan roadmap nasional yang jelas, insentif investasi jangka panjang, dan kolaborasi industri bersama pemerintah dan sektor pendidikan,” katanya kepada KONTAN, Senin (29/12/2025).

Tak hanya itu, Andy menyoroti tantangan industri ke depan masih pada tingginya biaya produksi karena kenaikan bahan baku seperti tembaga dan refrigerant, energi, logistik, pembiayaan, serta ketergantungan bahan baku impor.

Tekanan produk impor murah, termasuk melalui e-commerce lintas negara, disebut turut menjadi isu serius. Perprindo menilai hal ini bukan hanya soal efisiensi industri, tetapi juga keadilan kebijakan perdagangan dan pengawasan impor.

Maka itu, Andy mencermati, prospek industri elektronik nasional pada 2026 bersifat hati-hati (cautious). “Pelemahan daya beli masyarakat sepanjang 2025 juga diperkirakan masih memberi tekanan pada permintaan, khususnya untuk produk elektronik konsumsi,” terang Andy.

Baca Juga: Menjaga Daya Saing di Pasar Elektronik, LG Electronics Perkuat Sinergi Internal

Ia melanjutkan, dalam kondisi daya beli yang melemah, persaingan harga akan semakin ketat. Industri dalam negeri, tambahnya, hanya dapat bertahan dan tumbuh jika didukung oleh kebijakan yang konsisten, pengendalian impor yang adil, serta efisiensi biaya produksi.

“Tanpa itu, pelemahan daya beli justru akan memperbesar penetrasi produk impor murah dan menekan produsen lokal,” tegas Andy.

Meski demikian, ia tak memungkiri pasar domestik tetap memiliki potensi lantaran kebutuhan elektronik bersifat replacement dan kebutuhan dasar, terutama di sektor rumah tangga, komersial, dan industri.

Kadin Indonesia sebelumnya turut menggarisbawahi tantangan kurangnya kesediaan sumber daya manusia (SDM) nasional di industri elektronik.

Perprindo juga melihat, industri elektronik membutuhkan SDM yang relevan dengan perkembangan teknologi, khususnya di bidang otomasi, digital manufacturing, dan elektronik terapan.

Baca Juga: Persaingan Elektronik Kian Ketat, R&D Jadi Senjata Produsen Menangkan Pasar

Untuk itu, Andy mengungkapkan Perprindo akan membangun Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) guna menstandarkan kompetensi tenaga kerja yang ditargetkan beroperasi di semester I-2026.

“LSP Perprindo akan segera beroperasional untuk mendukung upskilling dan reskilling, serta menjembatani kebutuhan industri dengan pendidikan vokasi,” ujarnya.

Andy menuturkan, Perprindo mengharapkan dukungan pemerintah terutama Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) agar proses pembangunan LSP Perprindo ini dapat berjalan dengan lancar, sehingga ekosistem pelatihan dan sertifikasi berjalan efektif untuk mendukung vokasi SDM yang lebih berkompeten.

Selanjutnya: Ekonom Ingatkan Kesepakatan Mineral Kritis Indonesia dengan AS Harus Fair

Menarik Dibaca: Promo Hypermart Beli Banyak Lebih Hemat sampai 1 Januari, Kecap Bango Beli 2 Murah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×