Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proyek konversi pembangunan kapal tanker menjadi floating storage production and offloading (FSPO) atau unit penyimpanan dan pembongkaran produksi migas terapung Marlin Natuna milik Medco E&P Indonesia (Medco Energi) menjadi proyek pertama kali di Indonesia yang memberdayakan putra-putri Indonesia dalam proses pengerjaannya.
Proyek konversi dari kapal tanker ke FSPO ini memiliki kapasitas produksi mencapai 250.000 barel minyak per hari (BOPD) dengan nilai investasi US$ 236 atau setara Rp 3,5 triliun merupakan proyek pertama kali yang dikerjakan di Indonesia dengan tenaga kerja lokal dan telah memasuki tahap sail away (berlayar) pada Oktober 2024.
Direktur & Chief Administrative Officer Medco Energi Amri Siahaan mengungkapkan, Medco Energi melalui Marlin Natuna adalah kapal tanker yang diubah menjadi production unit hampir 100% dikerjakan oleh putra-putri Indonesia.
"Dengan bangga. Ini pencapaian luar biasa, pencapaian pertama di Indonesia dan baru pertama kali di Indonesia sepenuhnya. Tidak mudah, ruwet banget tapi berhasil dan menghasilkan minyak," kata Amri di sesi IPA Convex 2025 di ICE BSD, Selasa (20/5).
Baca Juga: Proyek Migas Medco Energi (MEDC) di Lapangan Forel dan Terubuk Resmi Berproduksi
Amri menambahkan, dalam sebulan mendatang FSPO ini akan mulai memproduksi gas dari proyek Forel dan untuk fasilitas gas tengah memasuki comissioning start up.
Berdasarkan catatan Kontan.co.id, proyek konversi FSPO pertama di Indonesia dikerjakan oleh 1.386 pekerja Indonesia atau 99% dari total tenaga kerja yang terlibat.
Untuk memenuhi penggunaan TKDN sebesar 80%, MedcoEnergi bekerja sama dengan berbagai perusahaan lokal untuk menunjang proses pengerjaan proyek ini seperti PT Hanochem Tiaka Samudera dan PT PaxOcean Batam.
Direktur Utama Medco E&P Ronald Gunawan mengatakan, tercapainya target TKDN dalam Proyek FSPO Marlin Natuna sebagai hasil kolaborasi yang baik antara industri hulu migas dengan industri dalam negeri.
Baca Juga: Medco Energi (MEDC) Dapat Perpanjangan Kontrak Migas di Blok Bualuang Thailand
’’Keberhasilan mencapai TKDN sebesar 80% dan penyerapan maksimal tenaga kerja dari Indonesia membuktikan bahwa dengan sinergi yang baik, kita dapat membangun industri hulu migas yang mandiri dan berdaya saing. Saya menyampaikan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang terlibat dalam proyek ini," kata Ronald.
Sementara itu, Deputi Eksploitasi SKK Migas, Wahju Wibowo mengatakan pembangunan FSPO Marlin Natuna menciptakan multiplier effect bagi perekonoman nasional dan terutama perekonomian daerah.
"Kami berharap investasi tersebut tidak hanya berhasil mewujudkan fasilitas produksi hulu migas, tetapi juga mampu menciptakan multiplier effect bagi perekonomian serta terciptanya lapangan pekerjaan," kata Wahju di Batam.
FSPO ini merupakan masterpiece karena menjadi yang pertama di Tanah Air. FSPO Marlin Natuna merupakan salah satu bagian dari pekerjaan proyek pengembangan lapangan Forel Bronang yang masuk dalam wilayah kerja South Natuna Sea Block B yang dioperatori oleh Medco E&P Natuna Limited.
"Proyek ini bertujuan untuk memproduksi cadangan minyak 13,4 miliar barel oil dari lapangan Forel yang berlokasi di Laut Natuna Kepulauan Riau," kata Wahju.
Wahju menuturkan, Proyek Forel mencakup dua pekerjaan besar, pertama pengerjaan FSPO Marlin Natuna dan kedua pembangunan rangkaian fasilitas produksi yang antara lain, satu anjungan Well Head Platform (WHP) Forel yang akan digunakan untuk lima sumur produksi, satu sumur injeksi gas, dan dua sumur tambahan untuk produksi di masa depan. Fasilitas produksi juga akan digunakan untuk satu anjungan Well Head Platform Bronang untuk satu sumur produksi dan dua sumur cadangan.
Konversi kapal tanker ke FSPO ini merupakan bagian dari upaya penting SKK Migas dan KKKS Medco Energi meningkatkan kapasitas produksi minyak dan gas untuk mendukung ketersediaan energi nasional.
Menurut Wahju, fasilitas WHP Forel, WHP Bronang dan instalasi pipa bawah laut tersebut saat ini sudah selesai dan menunggu FSPO Marlin Natuna untuk sail away ke Laut Natuna dan melanjutkan tahapan commissioning terintegrasi (integrated commissioning) dari keseluruhan fasilitas produksi Proyek Forel-Bronang.
“WHP Bronang bahkan sudah onstream dan mengalirkan gas ke fasilitas MoGPU Hang Tuah sejak September 2023, memberikan kontribusi terlebih dahulu terhadap negara,” ujar Wahju.
Terkait penyerapan tenaga kerja Indonesia, Managing Director dan Chief Executive Officer PaxOcean Group Tan Thai Yong mengatakan, pengerjaan proyek FSPO Marlin Natuna juga memberi kesempatan kepada para fresh graduate untuk berpartisipasi agar mendapatkan pengalaman yang bernilai.
”Kami berharap mereka juga dapat membagikan ilmu yang didapat dari dalam proyek ini kepada rekan-rekan lainnya, sehingga memicu semangat membangun dan memajukan Indonesia di bidang industri Migas,” jelasnya.
Baca Juga: Medco Energi Internasional Akan Tender Offer Dua Surat Utang Senilai US$ 661,03 Juta
Tan Thai Yong menambahkan, kendala proyek FSPO ini hanya pada saat awal-awal pandemi, pada saat pemesanan material terkendala waktu pengiriman yang tidak tepat karena terkendala transportasi.
Untuk diketahui, proyek FSPO dikembangkan sejak 2020 yang bertujuan untuk mengembangkan lapangaan minyak Forel yang merupakan lapangan marginal untuk diintegrasikan dengan lapangan gas Baronang dirancang akan menghasilkan minyak 10.000 barel per hari.
Pengembangan proyek forel meliputi pengeboran 5 sumur minyak dan 1 sumur injeksi di lapangan forel dan 1 sumur gas di lapangan Baronang, pembangunan anjungan lepas pantai di lapangan forel dan Bronang berikut instalasi pipa gas panjang 20 km dan penyediaan FSPO untuk memproses penyimpanan dan pembongkaran produksi minyak dari lapangan forel.
Pengeboran 7 sumur dan 2 pemasangan anjungan dan pipa gas sudah dilakukan dengan sukses tahun lalu dan saat ini adalah penyelesaian tahap akhir konversi pembangunan kapal tanker menjadi FSPO.
Di FSPO ini, hidrokarbon akan diproses melalui peralatan pemrosesan minyak, treatment air, serta kompresi gas. Proses topside terdiri dari 17 modul yang proses fabrikasi dan konstitusinya tersebar di beberapa pabrikasi Nord, di Batam dan Bintan.
Baca Juga: Kurangi Emisi Karbon, Medco Energi (MEDC) Kebut Ekspansi di Sektor EBT
Selanjutnya: Pengisian Nilai Rapor SPMB 2025 Jawa Timur Dimulai, Klik Link Rapor.spmbjatim.net
Menarik Dibaca: Mager tapi Mau Sehat? Yuk Bikin Resep Caesar Salad Super Simpel, Fresh dan Enak
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News