Sumber: KONTAN | Editor: Test Test
JAKARTA. Bubar sudah rencana mengalokasikan gas dari Blok Senoro dan Matindok hanya untuk kebutuhan dalam negeri, seperti digagas bekas Wakil Presiden Jusuf Kalla. Setelah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral membuka opsi ekspor, kini giliran pengelola blok gas ini menegaskan sikapnya untuk mengekspor juga gas produksinya.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan menegaskan, Pertamina ingin kembali kepada skenario awal. Yaitu, gas Senoro akan dipakai untuk ekspor dan domestik. Cuma, jatah untuk domestik jauh lebih kecil. "Kita (Pertamina) menawarkan 335 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd) untuk ekspor dan 70 mmscfd untuk domestik," ujarnya.
Karen beralasan, ekspor harus menjadi prioritas, karena harga jual gas untuk ekspor lebih baik ketimbang harga jual untuk pembeli domestik. Menurutnya, harga jual yang tinggi bisa memberikan kepastian bahwa investasi yang dikeluarkan Pertamina akan balik lebih cepat.
Karen ingin pembahasan soal gas Senoro bisa diputuskan minggu ini. Soalnya, tahun depan, proyek ini harus mulai berproduksi. "Ini kan sudah terlalu lama terkatung-katung. Kita harus jalan segera mungkin," katanya.
Masalahnya, kebutuhan tiga calon pembeli domestik, yakni PLN, Pupuk Sriwijaya (Pusri), dan Panca Amara Utama (PAU) mencapai 211 mmscfd. PLN meminta sebanyak 50 mmscfd, Pusri ingin menyerap 91 mmscfd, dan PAU membutuhkan 70 mmscfd.
Adapun Direktur Utama Pusri Dadang Kodri berharap gas produksi Senoro tetap dialokasikan untuk memasok kebutuhan dalam negeri, termasuk untuk memenuhi kebutuhan pabrik pupuk. Ia menuturkan, neraca gas nasional masih negatif, sehingga industri dalam negeri memerlukan gas supaya pabriknya bisa berjalan. "Kapan lagi industri dalam negeri mendapat kesempatan untuk memperoleh gas kalau bukan dari Blok Senoro ini?" ucap Dadang.
Deputi Pertambangan, Industri Strategis, Energi, dan Telekomunikasi Kementerian BUMN Sahala Lumban Gaol menyatakan masih ada pertemuan lagi untuk membahas alokasi dan harga jual gas ini. "Jadi, hasil akhirnya masih harus ditunggu," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News