kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pertamina minta DMO minyak sawit demi jalankan program B100


Rabu, 29 Januari 2020 / 19:47 WIB
Pertamina minta DMO minyak sawit demi jalankan program B100
ILUSTRASI. Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis Bio Solar pada mobil bermesin diesel di Jakarta, Rabu (26/6). Dalam upaya pengembangan biodiesel melalui B100, Pertamina meminta dukungan kebijakan DMO minyak sawit.


Reporter: Filemon Agung | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam upaya pengembangan biodiesel melalui B100, PT Pertamina (Persero) meminta dukungan pemerintah lewat kebijakan domestic market obligation (DMO) minyak sawit.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, kebijakan DMO sawit yang diharapkan nantinya dapat meliputi volume serta harga minyak sawit.

"Kami membutuhkan dukungan DMO, seperti PLN membangun 35.000 MW membutuhkan pasokan batubara besar," jelas Nicke di Gedung Komisi VII DPR RI, Rabu (29/1).

Baca Juga: Tak lagi dengan ENI, Pertamina buka opsi gandeng mitra baru di proyek kilang hijau

Nicke melanjutkan, Pertamina berharap diterapkannya batas atas dan bawah untuk harga minyak sawit.

Adapun, batas bawah meliputi biaya produksi plus margin demi menjaga keberlangsungan bisnis produsen minyak sawit dan batas atas sesuai harga pasar demi menjaga keberlangsungan bisnis Pertamina.

Tak sampai disitu, bentuk dukungan lain yang dibutuhkan oleh Pertamina yakni dari sektor perpajakan.

Nicke menuturkan, proses pengolahan CPO yang berlangsung di luar kilang biasanya dikenakan pajak.

"Dari Crude Palm Oil (CPO) ke Fatty Acid Methyl Ester (FAME) kena pajak, ketika diproses lagi kena lagi, jadi kita butuh dukungan," jelas Nicke.

Demi merealisasikan target program B100, Pertamina akan melakukan tiga langkah utama meliputi rencana jangka menengah hingga jangka panjang.

Langkah pertama yang dilakukan yakni melalui skema co-processing dalam tahapan produksi biodiesel.

Adapun, lewat skema ini, Pertamina mencampurkan minyak mentah (crude) dengan Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO).

Nicke mengungkapkan skema ini telah diterapkan pada Kilang Plaju dan Kilang Dumai sejak dua tahun lalu. Hingga saat ini, skema ini diklaim telah berhasil mencampurkan RBDPO dengan campuran sebesar 20%.

"Tahun ini akan diterapkan di Cilacap yang dinilai sudah siap coprocessing sehingga kapasitasnya bisa ditingkatkan dan selanjutnya diterapkan diseluruh kilang Pertamina," tutur Nicke.

Baca Juga: Transisi Blok Rokan, Dirut Pertamina: Kami siap tetapi tetap ikuti aturan




TERBARU

[X]
×