Reporter: Mona Tobing | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Genap setahun, harga karet belum juga mengalami perbaikan. Memasuki semester dua harga karet kian tersungkur. Kondisi ini membuat nelangsa para petani. Sementara penjualan karet dunia turun, Kementerian Pertanian (Kementan) menghimbau pemerintah daerah (Pemda) tidak lepas tangan.
Sebagai negara terbesar kedua penghasil karet dunia, penurunan harga karet dunia tentu memukul Indonesia. Disisi lain, pengalihan pasar ekspor kedalam negeri juga tidak mudah. Misalnya untuk diserap oleh industri otomotif, tekstil dan alat kesehatan pada pasar dalam negeri juga masih rendah. Agar petani karet tidak terus merugi. Kementan menghimbau agar Pemda untuk turut tangan mengolah karet.
Herdrajat Natawijaya, Direktur Tanaman Tahunan Kementerian Pertanian mengatakan, sebagaimana yang telah direkomendasikan Balai Penelitian Tekhnolgi Karet. Bahwa penggunaan karet untuk bahan aspal jalanan bisa dimulai oleh Pemda. Lewat pembelian karet dari petani oleh Pemda dapat mengalihkan pasar karet yang berorientasi pada ekspor berubah menjadi pasar dalam negeri. "Thailand sudah memulai. Harapan kami Pemda juga turut memulainya sebagai panutan, DKI Jakarta bisa memulainya," ujar Herdrajat pada akhir pekan lalu.
Kelebihan penggunaan karet dalam proses pengaspalan jalan dapat membantu jalanan lebih awet selama empat tahun. Kondisi ini dapat membantu petani untuk tetap hidup ditengah melimpahnya ketersedian karet namun harganya justru tertekan.
Hari ini (21/7) harga karet kembali turun menjadi 203 yen berdasarkan Commodity Exchange Tokyo setelah sebelumnya sempat naik mencapai 219,6 yen. Sementara harga karet mencapai harga terendah pada 15 Juli sebesar 198 yen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News