kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PLN siap sinkronkan listrik untuk kebutuhan industri


Selasa, 25 Februari 2020 / 20:30 WIB
PLN siap sinkronkan listrik untuk kebutuhan industri
ILUSTRASI. Perusahaan Listrik Negara (PLN) siap menjalankan penugasan sinkronisasi penyediaan tenaga kelistrikan bagi industri.


Reporter: Filemon Agung | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengaku siap menjalankan penugasan sinkronisasi penyediaan tenaga kelistrikan bagi industri.

Direktur Pengadaan Strategis 2 PLN Djoko Abumanan menjelaskan, sinkronisasi yang dimaksud yakni kebutuhan tenaga listrik sektor industri dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) milik PT PLN.

Baca Juga: Tunggu regulasi baru, investor wait and see kembangkan listrik panas bumi

"Jadi gini, ini kan kita perlu sinkronisasi. Kami punya RUPTL dan itu tujuannya untuk menerangi NKRI, jadi sudah duduk sama Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan kami dapat penugasan infrastruktur ketenagalistrikan itu," kata Djoko kepada Kontan.co.id, Selasa (25/2).

Djoko melanjutkan, PLN telah melakukan pertemuan berkala dengan sejumlah pihak terkait, termasuk BKPM.

Langkah sinkronisasi ini dinilai dapat membantu PLN untuk mengalami pertumbuhan. Kendati demikian, Djoko belum bisa mengemukakan besaran pertumbuhan yang disasar.

Yang terang, PLN sendiri memiliki kewajiban menyerap sekitar 2.200 pembangkit di pulau Jawa. Djoko menilai tanpa adanya upaya sinkronisasi maka proyek-proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) bisa saja menemui kendala sebab tidak memiliki beban.

Lebih lanjut, Djoko menjelaskan, secara khusus per Desember 2019 untuk wilayah Jawa Bali, daya mampu atau pasokan mencapai 36.933 MW dengan beban puncak sebesar 27,862 MW.

Adapun, dengan cadangan sebesar 9.071 MW, sistem kelistrikan dianggap normal alias mencapai 30%.

Djoko memastikan upaya sinkronisasi telah dimulai pada sejumlah proyek khususnya proyek kilang milik Pertamina seperti Kilang Tuban, Cilacap dan Balongan.

Baca Juga: Jadi proyek strategis nasional, Kementerian ESDM pantau proyek PLTP Sorik Marapi

Sebelumnya diberitakan, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengimbau agar sektor industri tidak membangun pembangkit sendiri.

Menteri BUMN Erick Thohir pada Jumat (21/2) lalu meminta pihak industri melakukan sinkronisasi dengan PLN.

"Kemarin sudah pertemuan PLN dan Inalum. Tolong jangan bikin power plant sendiri. Kita sinkronkan ke Pelindo III juga jangan sampai di industri bikin power plant. Kami sudah panggil, stop, tolong kerja sama," ujar Erick.

Baca Juga: Masuk ke bisnis EBT, Bukit Asam (PTBA) garap proyek PLTS

Sementara itu, Direktur Bisnis PLN Regional Sulawesi & Kalimantan Syamsul Huda mengungkapkan, surplus listrik PLN berada di kisaran 30%. "Sekarang surplus macam-macam, ada yang masih di bawah 30%, 30% dan di atas 30%. Tugas PLN berikutnya bagaimana bisa menjual (listrik)," ujarnya.

Syamsul memaparkan, kapasitas listrik PLN saat ini mencapai 66.833 megawatt (MW). Pada tahun ini, rencana pembangkit yang akan beroperasi komersial alias Commercial Operation Date (COD) dan masuk ke dalam sistem kelistrikan PLN mencapai 4.638 MW.

Untuk menyerap tambahan kapasitas listrik tersebut, maka PLN pun membutuhkan tambahan pelanggan dan peningkatan konsumsi listrik. Dengan begitu, reserve margin yang tidak terpakai bisa diminimalisasi

"Kalau pembangkit sudah mulai COD, pelanggannya harus sudah siap. Sehingga tidak sampai terjadi reserve margin yang berlebihan," sebutnya.

Apalagi, konsumsi listrik pada tahun lalu tak cukup menggembirakan. Hal itu tergambar dari realisasi penjualan listrik PLN yang hanya tumbuh 4,65%. Padahal, perusahaan setrum plat merah itu menargetkan pertumbuhan sebesar 7,06%.

Baca Juga: Beroperasi lebih cepat 8 bulan, PLN berpotensi hemat Rp 1 triliun dari PLTU Jawa 8

Kontan.co.id mencatat, salah satu perusahaan yang tengah mengembangkan pembangkit yakni PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Sekretaris Perusahaan PTBA Hadis Surya Palapa bilang, PTBA juga sedang mengkaji rencana konversi lahan bekas tambang batubara di Ombilin, Sumatera Barat menjadi area pembangunan PLTS. “Saat ini rencana tersebut masih daam proses kajian awal,” ujar Hadis, pekan lalu.

Baca Juga: PLN mendukung rencana diskon tarif listrik untuk sektor industri

PTBA pun akan terus berkoordinasi dengan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PLN agar rencana pengembangan PLTS di lahan bekas tambang tadi bisa masuk ke dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2020.

Lebih lanjut, Hadis mengatakan, PLTS yang dikembangkan memiliki dua tujuan. Pertama, untuk memenuhi kebutuhan internal dalam rangka penghematan energi di area operasional perusahaan. Tujuan ini yang coba dicapai PTBA dengan mengembangkan PLTS di lahan bekas tambang batubara.

Kedua, PLTS dibangun untuk diversifikasi bisnis sehingga diharapkan bisa menjadi sumber pendapatan baru bagi PTBA,” kata Hadis.

Baca Juga: PLN Buka Peluang Diskon Tarif Listrik Industri Hingga 30%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×