kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   -1.000   -0,05%
  • USD/IDR 16.620   158,00   0,94%
  • IDX 6.767   17,72   0,26%
  • KOMPAS100 979   5,15   0,53%
  • LQ45 762   4,33   0,57%
  • ISSI 215   0,81   0,38%
  • IDX30 395   2,48   0,63%
  • IDXHIDIV20 471   1,18   0,25%
  • IDX80 111   0,53   0,48%
  • IDXV30 115   0,73   0,63%
  • IDXQ30 130   0,90   0,70%

Produksi Mineral RI Turun pada 2024, Timah dan Bauksit Paling Tertekan


Rabu, 30 April 2025 / 18:35 WIB
Produksi Mineral RI Turun pada 2024, Timah dan Bauksit Paling Tertekan
ILUSTRASI. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/rwa. Data Kementerian ESDM melaporkan, hampir seluruh mineral utama mengalami kontraksi produksi dibandingkan tahun sebelumnya.


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi sejumlah komoditas mineral di Indonesia kembali mencatatkan tren penurunan pada 2024. Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan, hampir seluruh mineral utama mengalami kontraksi produksi dibandingkan tahun sebelumnya.

Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Tri Winarno mengungkapkan, penurunan paling signifikan terjadi pada komoditas timah, emas, dan bauksit.

Produksi timah, misalnya, anjlok 41,6% dari 68.200 ton pada 2023 menjadi hanya 39.800 ton pada 2024. Emas (bijih DMP) juga terkoreksi tajam hingga 42%, dari 105 ton menjadi 60,8 ton.

Bauksit pun mencatat penurunan yang konsisten dalam dua tahun terakhir. Setelah sempat menyentuh 31,8 juta ton pada 2022, produksinya terpangkas menjadi 19 juta ton di 2023, dan kembali turun menjadi 16,8 juta ton pada 2024. Penurunan ini dikaitkan dengan kebijakan larangan ekspor bijih bauksit yang mulai berlaku pada pertengahan 2023.

Baca Juga: Kementerian ESDM Beberkan 7 Proyek Smelter Bauksit Masih Mangkrak, Ini Daftarnya

“Realisasi dari produksi mineral tahun 2023-2024, maka nikel sekitar 176 dan sekitar itu, terus kemudian bauksit 9,8 ini sudah washed ya, dan realisasi pada tahun 2024, kemudian timah drop dari tahun 2023 ke 2024, tembaga relatif turun, kemudian emas turun, besi cukup hampir sama, dan galena sama,” kata Tri dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi XII DPR RI, Rabu (30/4).

Nikel, sebagai komoditas andalan hilirisasi, juga mengalami koreksi tipis. Volume produksinya turun dari 176,9 juta ton pada 2023 menjadi 173,6 juta ton pada 2024. Kendati relatif stabil, penurunan ini mencerminkan adanya tekanan dari pasar global serta dampak transisi kebijakan hilirisasi.

Sementara itu, produksi tembaga menurun 24%, dari 1,6 juta ton menjadi 1,2 juta ton. Galena juga terkoreksi tipis sekitar 5%, dari 23.500 ton menjadi 22.200 ton.

Di tengah tren negatif tersebut, komoditas bijih besi mencatatkan kinerja positif. Produksi besi naik dari 1,11 juta ton pada 2023 menjadi 1,19 juta ton di tahun berikutnya.

Penurunan produksi secara umum menjadi sinyal bahwa sektor pertambangan masih menghadapi tantangan besar, mulai dari ketidakpastian kebijakan, tekanan harga global, hingga kesiapan industri hilir. 

Baca Juga: ESDM Atur Pengelolaan Sumur Minyak Masyarakat

Selanjutnya: Korporasi Sudah Setor Pajak Rp 61 Triliun ke Kas Negara Hingga Maret 2025

Menarik Dibaca: Prakiraan Cuaca Jakarta Besok (1/5): Didominasi Cuaca Cerah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×