Reporter: Raka Mahesa W |
JAKARTA. Produksi minyak nilam Indonesia tahun 2010 diperkirakan anjlok sebesar 20%-30% dibanding tahun lalu. Asosiasi Minyak Atsiri Indonesia menghitung, produksi minyak nilam tahun ini berkisar 700-800 ton; bandingkan dengan tahun lalu yang mampu memproduksi sebanyak 1.000 ton. Penurunan ini disebabkan oleh cuaca kemarau basah yang terjadi tahun ini.
Kuswanto, Ketua Koperasi Duta Mandiri, Malang, Jawa Timur menjelaskan, nilam memang butuh air yang cukup selama dua bulan awal masa tanam. Namun setelah itu tanaman ini membutuhkan panas dari sinar matahari. Sebab itu, petani mulai melakukan penanaman pada akhir musim hujan yang biasanya terjadi pada bulan Januari hingga Maret. Sedangkan panen pertama membutuhkan waktu selama 5-6 bulan sejak awal masa tanam. Siklus yang sama terjadi saat nilam harus dipotong batangnya karena usia tanaman ini bisa mencapai tiga tahun.
“Tahun ini nilam terus diguyur hujan. Rendemen turun, akibatnya produksi turun,” kata Kuswanto kepada KONTAN di Jakarta, Kamis (18/11). Jika pada tahun sebelumnya rendemen nilam di Malang bisa mencapai 2,5% saat ini rendemen hanya mencapai 2%. Untuk catatan, 1% rendemen adalah 1 kg minyak nilam mentah dari 100 kg daun kering nilam.
Penjemuran daun pascapanen juga mengalami gangguan. Pasalnya, daun nilam yang basah membutuhkan waktu penjemuran selama 8 jam per hari selama 2-3 hari. Jika panas penjemuran terputus, daun nilam basah menjadi busuk dan harus dibuang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News