Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Tersendatnya produksi di Cile dan Indonesia membuat harga tembaga kembali melejit. Rabu (1/3) lalu, harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) menguat 0,72% jadi US$ 6.016 per metrik ton. Tapi, dalam sepekan terakhir harganya masih turun sebesar 0,4%.
Analis Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto menjelaskan, isu minimnya pasokan masih menjadi sentimen positif bagi harga tembaga. Maklum, produksi tembaga di Escondida dan Grasberg setara dengan 8% pasokan global.
Aksi mogok kerja yang dilakukan oleh pekerja tambang milik BHP Billiton Ltd di Escondida sudah berlangsung lebih dari 20 hari. Padahal pengadilan setempat sudah memerintahkan perusahaan membayar US$ 2.400 kepada setiap pekerja sebagai bagian dari bonus.
Sayangnya, BHP masih enggan melaksanakan putusan tersebut. Alhasil, aksi mogok pun terus berlanjut. Hitungan Goldman Sachs Inc, kejadian di tambang Escondida menyebabkan produksi global berkurang sekitar 64.000 ton.
"Dampaknya juga sudah terasa karena produksi tembaga Cile di bulan Februari turun 2,6% dibanding periode yang sama tahun lalu," jelas Andri, Kamis (2/3).
Selain itu, membaiknya kinerja industri manufaktur China turut mengangkat harga tembaga. Indeks belanja manufaktur China di Februari mencapai level 51,7. Artinya, ekonomi China kian menggeliat. Ini akan menaikkan lagi permintaan tembaga.
Meski begitu, pergerakan harga tembaga masih tertekan rencana kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve. Jika pada rapat Federal Open Market Commitee (FOMC) pertengahan Maret mendatang suku bunga The Fed dikerek, maka harga tembaga bakal merosot.
"Tapi koreksi ini hanya akan terasa sekitar dua minggu saja, setelah itu market akan melakukan penyesuaian," terang Andri.
Artinya, pelemahan tembaga bisa terjadi hingga akhir kuartal I-2017. Selanjutnya, harga tembaga akan kembali rebound dan kembali bergerak ke level US$ 7.000 per metrik ton.
Secara teknikal, Andri melihat harga tembaga bergulir di atas garis moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200, mengindikasikan penguatan. Gejala penguatan juga ditunjukkan oleh indikator relative strength index di level 55,5 dan moving average convergence divergence (MACD) di level 46,5.
Sedangkan, indikator stochastic yang berada di posisi 41,5 menunjukkan peluang pelemahan.Andri memprediksi harga tembaga hari ini (3/3) akan menguat dan bergerak di kisaran US$ 5.960US$ 6.080 per metrik ton.
Dalam sepekan ke depan, harga komoditas ini akan bergerak di rentang US$ 5.900US$ 6.160 per metrik ton.Jika The Fed menaikkan suku bunga, harga tembaga kembali jatuh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News