kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.060.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.376   -93,00   -0,56%
  • IDX 7.767   -100,50   -1,28%
  • KOMPAS100 1.088   -13,98   -1,27%
  • LQ45 784   -16,21   -2,03%
  • ISSI 267   -1,56   -0,58%
  • IDX30 406   -8,34   -2,01%
  • IDXHIDIV20 474   -8,53   -1,77%
  • IDX80 119   -2,14   -1,77%
  • IDXV30 130   -1,94   -1,47%
  • IDXQ30 131   -2,37   -1,77%

Produksi Ventilator & Mesin Anesthesia, Graha Teknomedika Gandeng Mindray


Senin, 08 September 2025 / 18:45 WIB
Produksi Ventilator & Mesin Anesthesia, Graha Teknomedika Gandeng Mindray
ILUSTRASI. PT Graha Teknomedika (GTM) menggandeng Shenzhen Mindray Bio-Medical Electronics Co. Ltd. (Mindray) sebagai mitra strategis untuk memproduksi ventilator dan mesin anesthesia.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - DEPOK. PT Graha Teknomedika (GTM) menggandeng Shenzhen Mindray Bio-Medical Electronics Co. Ltd. (Mindray) sebagai mitra strategis untuk memproduksi ventilator dan mesin anesthesia.Hal ini dilakukan untuk mendorong pertumbuhan industri alat kesehatan (alkes) di dalam negeri.

Direktur Marketing dan Keuangan Graha Teknomedika, Febie Yuriza Poetri mengungkapkan kolaborasi GTM dan Mindray mencakup investasi finansial, transfer pengetahuan dan teknologi, serta peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM). Mindray menghadirkan teknologi standar internasional, desain produk, serta pelatihan tenaga kerja.

Sementara GTM berinvestasi dalam infrastruktur produksi alkes teknologi tinggi, yang mencakup produksi, perakitan dan quality control, hingga pengembangan rantai pasok lokal. GTM pun telah menambah fasilitas produksi dengan investasi sekitar Rp 10 miliar.

Febie bilang, pabrik GTM yang berlokasi di daerah Sawangan - Depok tersebut sudah mencapai standar internasional ISO 13485, dengan dilengkapi peralatan produksi maupun uji ventilator dan anesthesia. GTM menargetkan bisa produksi sebanyak 500 - 1.000 unit ventilator dan mesin anesthesia per tahun. Ke depan, GTM siap untuk meningkatkan kapasitas produksi dengan menyesuaikan permintaan pasar.

Menurutnya kini Indonesia tidak lagi hanya sebagai pasar, tetapi menjadi produsen alkes berteknologi tinggi untuk layanan kritis.

“Target pasar kami nasional, baik rumah sakit pemerintah maupun swasta. Ke depannya mudah-mudahan bisa mendapatkan pangsa pasar yang baik, dan kami bisa melihat kemungkinan untuk ekspor," ungkap Febie dalam peresmian produksi ventilator dan mesin anesthesia GTM & Mindray di Depok, Senin (8/9/2025).

Baca Juga: UBC Medical Gandeng Hisky Medical Distribusikan Produk Diagnosis Hati di Indonesia

Adapun, fasilitas produksi GTM tersebut saat ini sudah memproduksi hampir 300 unit ventilator.

"Jadi kalau bicara kapasitas produksi minimal 500 unit, kami sudah on track untuk lebih dari itu," imbuhnya.

Sebagai informasi, GTM merilis produk ventilator SV300 dan SV800 yang sudah mendapatkan sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di atas 40%. Sedangkan untuk mesin anesthesia, GTM merilis produk WATO EX-35, WATO EX-65 PRO dan A8 yang sedang dalam proses mendapatkan sertifikat TKDN, dengan estimasi di atas 40%.

Pencapaian TKDN penting untuk memenuhi regulasi, sehingga produk ini berhak masuk kategori prioritas dalam e-Katalog pengadaan pemerintah.

"Ini merupakan langkah konkret kami untuk memperkuat kemandirian alkes nasional. Pandemi Covid-19 mengajarkan pentingnya mandiri dalam penyediaan alkes kritis," terangnya.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyambut baik inisiatif yang dilakukan oleh GTM dan Mindray ini. Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan Kemenkes, Lucia Rizka Andalusia mengatakan kebutuhan terhadap produk ventilator dan mesin anesthesia masih dominan dipenuhi secara impor.

Impor tersebut berasal dari sejumlah negara seperti Eropa, Amerika Serikat, Jepang dan China.

"Saat ini yang memproduksi (di dalam negeri) masih sangat sedikit, mungkin impornya masih 70%. Diharapkan akan meningkat (produksi lokal), jadi ketergantungan dari impor juga akan turun," kata Lucia.

Dalam pengamatannya produksi alkes di dalam negeri secara umum telah tumbuh signifikan hingga tiga setengah kali lipat dalam tiga tahun terakhir. Lonjakan produksi alkes lokal terutama didorong oleh Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 2 Tahun 2022 tentang Percepatan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri.

"Dari tahun 2022 sampai sekarang, itu meningkatnya tiga setengah kali lipat produksi dalam negeri. Dulu lebih banyak importir dan pedagang saja. Sekarang sudah banyak yang produsen," ujanya.

Hal ini membawa dampak positif terhadap peningkatan investasi, transfer teknologi, serapan tenaga kerja, serta rantai pasok industri lokal.

 "Kalau importir tenaga kerjanya paling 10, karena cuman jualan saja. Tapi begitu membangun pabrik, SDM miminal 200 orang yang terserap, dan meningkatkan semua sektor pendukungnya," imbuh Lucia.

Lucia menambahkan, perkembangan industri alkes di dalam negeri bisa membuat ketersediaan produk lebih lengkap dan harga yang lebih terjangkau, sehingga biaya kesehatan secara umum bisa lebih murah. Dengan begitu, diharapkan akan mengurangi jumlah masyarakat yang berobat ke luar negeri.

"Karena kadang-kadang, masyarakat yang berobat ke luar negeri menganggapnya bahwa rumah sakit di sini tidak lengkap Alkes-nya, sedangkan di sana lengkap. Artinya, makin terpenuhi kebutuhan alkes di sini bisa mengurangi itu (pengobatan ke luar negeri)," bebernya.

Baca Juga: Dräger Indonesia Luncurkan Ventilator Buatan Indonesia, Savina 300 ID

Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Kemenperin, Solehan mendorong adanya kerja sama strategis antara perusahaan lokal dengan perusahaan global. Hal ini penting untuk memacu pengembangan industri alkes di dalam negeri, sehingga mampu memproduksi dan memenuhi kebutuhan pasar terhadap produk berteknologi sedang hingga tinggi.

"Kami terus mendorong TKDN, karena ini juga menjadi syarat dalam e-Katalog, untuk bisa digunakan (dalam belanja) pemerintah. Kolabarasi (dengan perusahaan global) bisa mempercepat adopsi teknologi, terutama untuk produk medium to high technology agar tercapai di Indonesia," kata Solehan.

Sementara itu, Febie menegaskan bahwa GTM siap memacu produksi alkes berteknologi sedang hingga tinggi. Sejak tahun 2014, GTM sudah bertransisi dengan memperluas cakupan produksi ke peralatan elektromedis, dari semula fokus pada peralatan alkes dengan teknologi sederhana seperti produk hospital furniture.

Setelah memproduksi ventilator dan mesin anesthesia, Febie memberikan bocoran, GTM siap untuk memulai produksi alkes berteknologi tinggi lainnya. GTM menargetkan akan bisa memproduksi produk radiologi x-ray pada akhir tahun ini, dengan menggandeng mitra strategis untuk transfer teknologi.

Selanjutnya: Usai Dilantik Jadi Menkeu, Purbaya Mengaku Belum Ketemu Sri Mulyani

Menarik Dibaca: Bitcoin cs Rebound, Ini Kripto Top Gainers dan Top Losers 24 Jam Terakhir

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
BOOST YOUR DIGITAL STRATEGY: Maksimalkan AI & Google Ads untuk Bisnis Anda! Business Contract Drafting

[X]
×