CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.364.000   21.000   0,90%
  • USD/IDR 16.757   28,00   0,17%
  • IDX 8.420   13,34   0,16%
  • KOMPAS100 1.164   -0,44   -0,04%
  • LQ45 848   -0,95   -0,11%
  • ISSI 294   0,44   0,15%
  • IDX30 442   -0,63   -0,14%
  • IDXHIDIV20 514   -0,01   0,00%
  • IDX80 131   0,01   0,01%
  • IDXV30 135   -0,15   -0,11%
  • IDXQ30 142   -0,01   -0,01%

Produsen ponsel kian gemar impor


Senin, 25 Maret 2013 / 20:27 WIB
Produsen ponsel kian gemar impor
ILUSTRASI. OPINI - Michael Herdi Hadylaya: Tax amnesty reborn


Reporter: Cindy Silviana Sukma | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Tingginya pertumbuhan pasar ponsel di Indonesia membuat arus impor perangkat komunikasi ponsel terus membengkak. Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS), total impor ponsel Januari 2013 mencapai US$ 219 juta atau sekitar Rp 2,1 triliun.

Besarnya nilai impor ponsel ini diproyeksi akan terus melonjak, sebab pasar ponsel di Indonesia juga terus membesar. Harijadi Prawirotomo Chief Executive Officer (CEO) Selular Group, memproyeksi, pertumbuhan pasar ponsel tahun ini bisa mencapai 20%-25%.  

Seluler Group yang merupakan produsen ponsel merek Nexian sendiri memperkirakan menambah impor ponsel menjadi 5 juta unit, dari realisasi impor tahun lalu 4 juta unit. Selain mengimpor ponsel utuh, Nexian juga impor komponen ponsel, seperti; layar, komponen IC (Integrated Circuit), dan pelindung ponsel (casing) sebagai pendukung pusat servisnya.

Hari bilang, banyak komponen ponsel diimpor dari negara lain karena harga yang jauh lebih murah ketimbang memproduksi di dalam negeri. "Harga impor komponen lebih murah karena tak dikenakan pajak dan bea masuk," paparnya kepada KONTAN (25/3).

Walaupun ada komponen yang diproduksi di dalam negeri, namun Nexian saat ini mempertimbangkan menjalin kerja sama dengan produsen komponen ponsel yang ada di China. Hal ini dilakukan untuk menekan harga komponen yang lebih murah.

Ketua Asosiasi Ponsel Indonesia, Ina Hutasoit bilang, produsen ponsel saat ini lebih senang impor dari pada memproduksi di dalam negeri. Sebab, harga impor jauh lebih murah ketimbang memproduksi di dalam negeri. "Impor lebih murah, lihat saja bagaimana ponsel bisa diganti setiap tiga bulan sekali," paparnya.

Menurutnya, hal ini bergantung pada kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, terutama Departemen Perdagangan dan Perindustrian. "Jika Pemerintah ingin mengurangi impor, tentunya harus dapat memberi fasilitas dan keringanan bagi vendor lokal," tangkasnya kepada KONTAN.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×