kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Punya Peran Krusial, Pelaku Usaha Minta Pemerintah Lirik Hilirisasi Tembaga


Minggu, 17 September 2023 / 17:33 WIB
Punya Peran Krusial, Pelaku Usaha Minta Pemerintah Lirik Hilirisasi Tembaga
ILUSTRASI. Pertambangan tembaga Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) di Batu Hijau,?Sumbawa Barat, NTB.


Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hilirisasi tembaga dinilai belum berjalan optimal jika dibandingkan komoditas mineral seperti nikel. Padahal, tembaga dinilai punya peran krusial ke depannya. Belum lagi, serapan konsentrat tembaga dalam negeri saat ini belum bisa menampung seluruh kapasitas produksi yang ada.

Pelaku usaha pun berharap pemerintah dapat lebih menaruh perhatian pada upaya hilirisasi tembaga serta menerapkan kebijakan yang turut memperhatikan kelangsungan bisnis.

Selain itu, usulan penerapan kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) atau kewajiban pasok dalam negeri untuk komoditas konsentrat tembaga kembali mencuat.

Pelaku usaha menilai langkah ini dapat dipertimbangkan pemerintah mengingat adanya potensi pasokan tembaga yang tidak terserap di dalam negeri jika larangan ekspor tembaga diberlakukan.

Baca Juga: Harita Nickel Mengokohkan Posisi sebagai Jawara Tambang Nikel Terpadu di Indonesia

Ketua Umum Indonesian Mining Association (IMA) Rachmat Makkasau mengungkapkan, ke depannya produksi tembaga Indonesia bakal terus meningkat. Sayangnya, tingkat serapan di dalam negeri masih minim.

"Kita hanya pakai 25%-30% dari kapasitas produksi kita sehingga 70%-nya diekspor," kata Rachmat dalam Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Tantangan dan Kebijakan Hilirisasi di Indonesia” di Menara Kompas, Jumat (15/9).

Rachmat mengungkapkan, pada tahun 2024 mendatang total smelter tembaga yang beroperasi di Indonesia sebanyak 4 smelter. Total serapan tembaga diprediksi mencapai 1,2 juta ton.

Dengan produksi konsentrat tembaga yang terus meningkat ke depannya, Indonesia diprediksi masih akan mengalami surplus hingga 2040 mendatang.

Untuk itu, pihaknya berharap pemerintah menaruh perhatian pada kondisi ini. Menurutnya, perlu ada upaya untuk menjaring investasi dalam mendorong hilirisasi maupun industrialisasi sektor tembaga.

Selain itu, dalam masa transisi energi yang berjalan saat ini secara global, permintaan nikel dan tembaga bakal meningkat sekitar 3% hingga 4% ke depannya. Permintaan ini berpotensi meningkat hingga 4% hingga 5% jika negara-negara global melakukan akselerasi dalam transisi energi.

Baca Juga: Kemenperin Dorong Hilirisasi Silika untuk Pengembangan Industri Semikonduktor

Sementara itu, VP Government Relations and Smelter Technical Support PT Freeport Indonesia Harry Pancasakti mengungkapkan, kebijakan investasi dari sisi hilir akan ikut mempengaruhi sektor hulu.

Menurutnya, investasi di sektor hulu umumnya jauh lebih tinggi ketimbang sektor hilir. Selain itu, pengambilan keputusan investasi untuk sektor hulu harus dilakukan dari jauh-hari.

Dengan investasi yang tidak sedikit, maka perlu ada kepastian produksi tembaga dapat diserap sepenuhnya.

"Dengan kebijakan hilirisasi yang ada dan melihat dari kebutuhan dalam negeri yang belum sebesar produksi dari para perusahaan ini maka perlu dipertimbangkan Domestic Market Obligation (DMO)," ucap Harry dalam kesempatan yang sama.

Harry memberikan gambaran, PTFI sejauh ini telah menggelontorkan investasi mencapai US$ 20 miliar untuk pengembangan dan pengolahan tambang. Ke depannya, PTFI masih harus merogoh kocek hingga US$ 16 miliar untuk memastikan produksi tembaga berjalan hingga 2041 mendatang.

Dengan investasi yang besar tersebut, pihaknya berharap ada jaminan serapan produksi dari dalam negeri.

"Kalau direm berarti kan lost di hulunya. Sementara di hilirnya kebutuhannya sebetulnya baru 25%. Ini mungkin DMO bisa diterapkan," pungkas Harry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×