Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemerintah Indonesia tengah mempertimbangkan deregulasi Non-Tariff Measures (NTMs) melalui relaksasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk sektor teknologi informasi dan komunikasi (ICT) asal Amerika Serikat (AS), seperti produk dari General Electric (GE), Apple, Oracle, hingga Microsoft.
Rencana ini menjadi salah satu poin negosiasi yang ditawarkan Indonesia kepada pemerintahan Presiden AS Donald Trump, sebagai respons atas kebijakan tarif resiprokal AS sebesar 32% terhadap sejumlah komoditas ekspor Indonesia.
Baca Juga: Aptiknas: Relaksasi TKDN demi Amerika Serikat (AS) Bisa Hantam Produksi Lokal
Menanggapi hal ini, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Komoditi Elektronik (Apkonik) Deny Irawan mengingatkan bahwa relaksasi TKDN bisa berdampak negatif terhadap industri ICT lokal, terutama dari sisi pangsa pasar.
“Jika regulasi TKDN dilonggarkan secara signifikan, pelaku usaha lokal—terutama produsen perangkat keras dan integrator sistem—berisiko kehilangan daya saing. Dalam skenario moderat, pangsa pasar ICT lokal bisa turun 5–10% dalam 1–2 tahun ke depan,” ujar Deny kepada Kontan.co.id, Rabu (9/4).
Penurunan tersebut, lanjut Deny, sangat bergantung pada agresivitas penetrasi produk-produk asal AS, serta kemampuan pelaku lokal dalam bersaing dari sisi inovasi dan harga.
Sektor seperti perangkat telekomunikasi dan solusi enterprise disebut sebagai yang paling rentan, mengingat dominasi teknologi dan kekuatan merek vendor global di segmen tersebut.
Saat ini, Deny memperkirakan pangsa pasar produk ICT asal AS di Indonesia berada di kisaran 15–20% dan berpotensi naik menjadi 25–30% apabila hambatan impor dikurangi.
Baca Juga: Pemerintah Kaji Fleksibilitas Kebijakan TKDN, Ekonom Beberkan Dampaknya
Dampak ke Pelaku Lokal
Deny juga memaparkan beberapa dampak utama yang kemungkinan dihadapi industri lokal jika relaksasi TKDN diberlakukan:
Tekanan Margin
Pelaku lokal akan sulit bersaing harga dan fitur dengan brand global, sehingga margin keuntungan menyusut, terutama bagi perusahaan yang belum efisien secara teknologi maupun produksi.
Peluang Kemitraan Strategis
Di sisi lain, terbuka peluang bagi pelaku lokal untuk menjadi mitra distribusi, integrator, atau penyedia layanan purna jual (after-sales) bagi produk-produk asal AS. Ini bisa mendorong terbentuknya model bisnis baru di sektor hilir.
Stimulasi Inovasi Lokal
Meningkatnya persaingan juga bisa memacu pelaku lokal untuk naik kelas—dengan meningkatkan investasi pada R&D, kolaborasi riset, hingga perbaikan kualitas produk.
Baca Juga: Pemerintah Diminta Lakukan Kajian Sebelum Terapkan Kebijakan Fleksibilitas TKDN
Meski demikian, Deny menegaskan bahwa pelaku industri pada dasarnya mendukung langkah diplomasi ekonomi pemerintah, khususnya dalam melobi penghapusan tarif ekspor ke AS.
“AS adalah mitra dagang strategis, dan kebijakan tarif era Trump yang proteksionis cukup berdampak pada arus ekspor-impor komponen ICT, termasuk perangkat keras dan perangkat lunak,” ungkapnya.
Selanjutnya: Kemenhut Selidiki Tambang Ilegal di Hutan Pendidikan Universitas Mulawarman
Menarik Dibaca: Waspada Hujan Petir di Jogja, Intip Ramalan Cuaca Besok di Wilayah DIY
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News