kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Revitalisasi industri manufaktur diperlukan untuk mendukung Industri 4.0


Selasa, 17 April 2018 / 22:30 WIB
Revitalisasi industri manufaktur diperlukan untuk mendukung Industri 4.0
ILUSTRASI. Menperin Airlangga Hartarto bersama Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Sofyan Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia perlu melakukan revitalisasi industri manufaktur sesuai dengan perkembangan implementasi Industri 4.0 saat ini. Oleh karena itu, melalui peta jalan Making Indonesia 4.0, langkah strategis yang akan dilaksanakan bertujuan untuk mencapai target menjadi 10 negara dengan perekonomian terbesar di dunia pada tahun 2030.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menjelaskan salah satu upaya yang dilakukan adalah akselerasi industri manufaktur nasional agar terus melakukan inovasi dan memperbaiki desain. “Hal ini guna memacu produktivitas dan daya saing,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam keterangan pers, Selasa (17/4).

Menurut Menperin, kontribusi manufaktur Indonesia mampu menembus 30% apabila dihitung mulai dari proses pra-produksi, produksi dan pasca-produksi. “Paradigma industri manufaktur global, berdasarkan kesepakatan di World Economic Forum, proses produksi sebagai satu-kesatuan. Maka itu, kita sudah tidak bisa lagi melihat produksi hanya di pabrik saja,” tegasnya.

Menperin menyatakan, dalam 15 tahun ke depan bisa menjadi masa emas bagi Indonesia karena akan menikmati bonus demografi. Momentum ini merupakan jumlah angkatan kerja yang produktif lebih besar, dengan harapan dapat memacu kinerja ekonomi nasional. “Produktivitas industri dipengaruhi pula dari output tenaga kerja,” ujarnya.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, pertumbuhan ekonomi nasional dapat melebihi angka 5,5% jika pemerintah melakukan perbaikan menyeluruh di sektor manufaktur. Namun demikian, diperlukan terobosan kebijakan, agar manufaktur nasional dapat meningkatkan produktivitas dan inovasi di tengah penerapan Industri 4.0.

“Pemerintah tengah menjalin kerja sama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA), untuk melakukan studi yang difokuskan pada pengembangan industri manufaktur,” ujarnya dalam keterangan pers, Selasa (17/4). Di samping itu, menurutnya, pelaksanaan Industri 4.0 didorong untuk meningkatkan daya saing industri nasional.

Selama ini industri manufaktur berperan memberikan kontribusi terbesar terhadap perekonomian nasional. Berdasarkan data BPS, sektor industri menyumbangkan kepada Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dengan capaian 20,16% pada tahun 2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×