kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

RNI punya alternatif ekspansi selain Australlia


Minggu, 24 November 2013 / 15:12 WIB
RNI punya alternatif ekspansi selain Australlia
ILUSTRASI. Kenali Manfaat Air Rebusan Ketumbar untuk Tubuh


Sumber: Reute | Editor: Asnil Amri

JAKARTA.  Meningkatnya ketegangan hubungan diplomatik Australia dan Indonesia mulai mempengaruhi dunia usaha. Pada Jumat akhir pekan lalu, salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menghentikan perundingan dengan peternak sapi Australia.

Penghentian perundingan itu merupakan terjadi setelah makanya pemberitaan media asing yang menyebutkan Australia telah menyadap ponsel milik pemimpin Indonesia. Dampak dari penyadapan itu juga membuat rakyat Indonesia murka dan melakukan unjuk rasa di Kedutaan Besar Australia.

BUMN yang menghentikan kerjasama untuk membuka peternakan sapi di Australia itu adalah; PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI). "Kami memutuskan menghentikan pembicaraan tentang peternakan sapi di Australia sementara sampai pemerintah Australia menggenapi permintaan pemerintah Indonesia,” kata Chief Executive Officer (CEO) RNI, Ismed Hasan Putro kepada Reuters .

"Hal ini (tanggapan Australia) sangat penting untuk membangun rasa saling percaya , menghormati dan kesetaraan kerjasama di masa yang akan datang depan,” kata Ismed.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Australia, Barnaby Joyce mengatakan pada Sabtu kemarin, bahwa dirinya telah menunda perjalanan ke Indonesia pekan depan. Joyce mengatakan telah mendukung investasi Indonesia di Australia.

Sebelumnya, RNI sudah melakukan pembicaraan dengan perusahaan peternakan di Australia. Sayangnya, Ismed menolak memberitahukan nama perusahaan tersebut. Selain dengan Australia, Ismed bilang memiliki alternatif lain untuk investasi di luar negeri, yakni di Selandia Baru.

Pada bulan September lalu, RNI telah mengirim tim ke Australia untuk menjajaki kemungkinan investasi senilai Rp 350 miliar rupiah US$ 29,9 juta. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pasokan 120.000 ternak sapi hidup untuk dibawa ke Indonesia.

Para pejabat Indonesia mengatakan, akan melakukan peninjauan kembali hubungan perdagangan dengan Australia senilai lebih dari US$ 11 miliar. Sebagaimana diketahui, Indonesia adalah importir utama produk pertanian Australia seperti gandum dan juga ternak hidup. Bagi Indonesia, Australia adalah pasar ekspor ke-10 terbesar.

"Indonesia harus mengambil sikap tegas dengan Australia sebagai negara ... tapi bisnis tidak boleh dicampur dengan politik," kata Menteri BUMN Dahlan Iskan kepada wartawan .

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×