kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.515.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.113   0,00   0,00%
  • IDX 7.080   43,33   0,62%
  • KOMPAS100 1.058   7,20   0,69%
  • LQ45 827   1,51   0,18%
  • ISSI 216   1,79   0,84%
  • IDX30 423   0,27   0,06%
  • IDXHIDIV20 512   -2,14   -0,42%
  • IDX80 120   0,73   0,61%
  • IDXV30 126   0,70   0,56%
  • IDXQ30 142   -0,50   -0,35%

Rupiah jatuh, harga properti komersial naik 30%


Selasa, 10 Maret 2015 / 22:45 WIB
Rupiah jatuh, harga properti komersial naik 30%
ILUSTRASI. DPK Perbankan: Teller menghitung uang di sebuah bank milik pemerintah di Jakarta, Selasa (27/12/2022). Persaingan Perbankan Cari DPK Kian Sengit di Tengah Banyaknya Instrumen Investasi.


Sumber: Kompas.com | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Sektor perkantoran (high rise building) di Indonesia diprediksi akan melonjak akibat depresiasi nilai tukar rupiah yang sudah menembus level Rp 13.000 per satu dollar AS.

Ketua DPD Real Estat Indonesia (REI) DKI Jakarta, Amran Nukman menjelaskan hal tersebut disebabkan adanya penggunaan material impor dalam pembangunan properti high rise building

"Akan ada kenaikan harga properti high rise building sebesar sekitar 30% akibat depresiasi nilai tukar Rupiah. Ini disebabkan material untuk pembangunan properti tersebut dibeli dengan dollar, AS, seperti lift, genset, dan lainnya,” ujar Amran kepada Kompas.com, Senin (09/03/2015).

Selain properti high rise building, proyek-proyek pengembangan lain yang menargetkan kelas menengah dan dibiayai dengan kredit dollar AS juga diprediksi akan mengalami kenaikan harga. 

"Oleh karena itu pengembang menengah atas akan berusaha menjaga volume penjualan dengan memberikan bonus bagi para pembeli, seperti cicilan uang muka lebih panjang atau yang lainnya,” lanjut Amran. 

Kondisi sebaliknya terjadi pada properti kelas menengah bawah. Menurut Amran, komponen impor yang digunakan dalam pembangunan properti untuk kelas tersebut sangat minim. 

"Melemahnya nilai Rupiah tidak akan terlalu berpengaruh pada pasar properti menengah ke bawah. Penggunaan komponen impor dalam perumahan lokal sangat minim. Selain itu, kredit untuk angsuran properti juga menggunakan Rupiah, bukan Dollar AS," tandas Amran. (Dimas Jarot Bayu)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×