Reporter: Agung Hidayat | Editor: Tendi Mahadi
Dari sisi volume penjualan, sebelumnya manajemen sempat membeberkan bahwa selama semester pertama 2020 volume penjualan SGRO turun 9% secara tahunan. Hal ini disebabkan oleh penurunan produksi di paruh pertama tahun ini yang disebabkan dampak cuaca dan musim kemarau.
Hal tersebut menyebabkan pasokan sawit menyusut sehingga terjadi kenaikan harga. Kondisi itu menyebabkan pendapatan bersih SGRO di sepanjang paruh pertama 2020 tetap naik 17,51% secara tahunan menjadi Rp 1,60 triliun, padahal dari segi volume mengalami penurunan.
Sementara beban pokok hanya melonjak 8,8% year on year (yoy) menjadi Rp 1,23 triliun, sehingga laba kotor perusahaan melambung tinggi 59,26% secara tahunan menjadi Rp 367,03 miliar.
Baca Juga: UU Cipta Kerja beri insentif royalti hilirisasi batubara, ini kata BUMI dan ADRO
Dari sisi bottomline, perusahaan kian tergerus berbagai pos beban lainnya alhasil laba bersih SGRO di paruh pertama tahun ini tercatat Rp 971 juta, angka tersebut lebih baik ketimbang periode yang sama tahun lalu dimana perusahaan membukukan rugi bersih Rp 19,22 miliar.
Mengenai belanja modal di akhir tahun ini, perusahaan mengatakan tak ada pengeluaran besar dan investasi baru. Michael bilang perseroan fokus terhadap Business Continuity Planning (BCP) alias menjaga kesinambungan bisnis di tengah pandemi Covid-19 dengan berhati-hati mengeluarkan anggaran.
Sekadar informasi di semester satu tahun ini, perseroan telah menyerap belanja modal senilai Rp 217 miliar, sekitar 70% digunakan untuk investasi, perawatan dan pemeliharaan tanaman sedangkan sisanya 30% untuk perawatan aset tetap seperti gedung dan lini produksi.
Selanjutnya: Penjualan Krakatau Steel (KRAS) mulai membaik di kuartal ketiga
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News